Beruntunglah IKAHA tidak melakukan hal semacam ini,jajaran pihak birokasi memberikaan kelonggaran dispensasi kepada peserta didiknya yang masalah dalam hal pembayaran dan harus di lunasi dalam jangka waktu yang di tentukan. Memang kadang-kadang orang bilang ilmu itu mahal. Hal ini memang mudah bagi mahasiswa yang kaya tetapi sebaliknya hal yang sukar bagi mahasiswa yang miskin. Solusi untuk masalah ini sebaiknya antara mahasiswa dengan pihak akademik, prodi atau pun dosen mata kuliah harus ada hubungan kerja sama yang baik. Pihak akademik harus bisa menganalisis mahasiswa-mahasiswanya yang bermasalah dengan ekonominya. Sehingga pihak akademik bisa memberikan kesempatan untuk mehasiswa tersebut mengikuti finaldengan syarat- syarat tertentu. Mahasiswa yang kehidupan tergolong dalam kelompok orang miskin dan mereka sangat berantusias mengikuti perkuliahan diberikan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa.
Selanjutnya yang harus dilakukan adalah kalau bisa spp tersebut jangan dinaikkan lagi jumlahnya dan harus disesuaikan penggunaannya untuk kepentingan bersama, kami menganalisa fakultas syariah yang mewajibnkan setiap mahasiswa nya untuk melakukan pembayaran uang komputer yang di lakukan setiap semester nya,biaya yang terbilang cukup lumayan bagi kalangan mahasiswa jika di alokasi kan untuk kebutuhan yang lain dan lebih jelas, berbiaya 35-45 ribu setiap semester menjelang UTS dan UAS, jika pembayaran itu sebesar Rp.80.000 (-tahun) x 500 (umpama jumlah mahasiswa FS) maka jumlah nya adalah Rp.40.OOO.OOO – tahun,bayangkan. dana tahunan sebesar ini yang hanya di pungut dari pembayar komputer saja belum pembangunan dll, ironis nya pemanfaatan fasilitas komputer ini tidak merata di rasakan oleh kalangan mahasiswa FS karena minimnya jumlah komputer yang di fungsikan dan yang dimliki, jika ini yang menjadi permasalahan lalu kemanakan peng alokasian dana sebesar itu ? belum lagi majalah yang dibebankan pada setiap mahasiswa dengan berbayar Rp. 20.000 per mahasiswa. Sekarang sudah saat nya mahasiswa bangkit kembali dari tidur nya bukan saat nya lagi sosok mahasiswa yang hanya selalu menelan mentah produksi bagku kuliah tanpa memperdulikan perkembangan dan situasi lingkungan sekitar atau akan tetap membungkam diri kencang-kencang dengan realita lingkungan administrasi kampus yang tak jelas dan tranparansi dana yang tak jelas pula??
Ada kabar baik dari dunia pendidikan negara kita yang hanya dapat di rasakan sebagian perguruan tinggi tertentu saja. Biasanya setiap kali awal tahun ajaran baru, para mahasiswa dipeningkan dengan sumbangan uang gedung dan sumbangan ini-itu yang membuat kita kembali memukul kening. Sekarang, mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) HANYA dibebankan uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) saja.Mulai tahun 2013, sejumlah PTN akan memberlakukan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Dana BOPTN ini didapat dari pemerintah melalui anggaran pendidikan dalam Anggaran Pembelanjaan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan sebesar 90 miliar rupiah. Rencananya, BOPTN ini digunakan untuk biaya penelitian, asrama mahasiswa, dan aktivitas pembangunan kampus lainnya. Dengan adanya BOPTN ini, mahasiswa tidak lagi dibebani sumbangan-sumbangan tidak penting dan hanya diminta bayar SPP saja setiap semester.
Antara PTN yang akan mendapatkan BOPTN dan menyediakan pendidikan murah adalah Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta, dan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Padahal kampu-Kampus ini terbilang cukup matang di sektor perekonomiannya, dan rata-rata mahasiswa nya adalah darikalan menengah ke atas,lihat saja biaya pendaftaran untuk masuk ITB di hargai kurang lebih sekitar 45-55 juta.....kami yakin sedikit informasi yang kami sampaikan akan banyak menimbulkan tanda tanya, mengapa dana itu tidak di alokasikan ke kampus-kampus yang masih tertinggal di sektor fasilitas nya, IKAHA misalkan.
Untuk kesimpulan dari pembahasan masalah diatas adalah sesuatu masalahyang akan mudah diselesaikan dengan adanya hubungan kerja sama yang baik. Kita berharap kerja sama yang terbangun bisa membuat Mahasiswa menunjukkan diri sebagai salah satu potensi yang dapat diandalkan dalam upaya menuju tatanan masyarakat yang berkeadilan. Dan distribusinya baik secara kualitas maupun kuantitas dalam segala aspek kehidupan sosial sudah semestinya diperhitungkan.Salam pergerakan MOVE,MOVE,MOVE
Aang Anom; Tebuireng, 2013
0 komentar: