MAPABA merupakan
kependekan dari Masa Penerimaan Anggota Baru. Istilah ini digunakan dalam
organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Jika ada yang menayakan
bagaimana pengalam saya ketika mengikuti MAPABA? Sebenarnya saya tidak dapat
menguraikannya dalam sebuah tulisan, karena semua pengalaman yang saya rasakan
sungguh sangat – sangat berkesan. Dan menurut saya, sangat rugilah bagi mereka
yang mengaku sebagai mahasiswa namun tidak mau bergabung dan berproses di PMII.
Kenapa saya mengatakan demikian? Ketika kita hanya difokuskan dengan kegiatan –
kegiatan kampus saja maka pengalaman yang kita miliki akan kurang. Dan jika
boleh saya mengatakan, sesungguhnya apabila seorang mahasiswa tetap terpaku
dengan kegiatan–kegiatan di dalam kampus saja maka basis dan perkembangan yang
meraka dapatkan akan monoton dalam artian tidak berkembang atau ya begitu–begitu
saja.
Bukan tanpa alasan saya
mengatakan demikian, karena ketika kita turun dan berkecimpung di dalam suatu
organisasi baik itu berupa apapun dengan alasan memiliki asas serta tujuan yang
jelas dan disertai dengan kesungguhan dalam berproses maka, siapapun dia,
diamanapun dia, dan dalam kondisi bagaimanapun dia, lihatlah suatu saat diakan
menjadi orang yang sukses, kalau perlu menjadi seorang yang besar. Dalam artian
dapat diterima oleh khalayak umum, dan dapat memimpin suatu roda pemerintahan.
Baik itu ranah luas seperti negara atau ranah sempit seperti dirinya sendiri
dan keluarganya.
Kita kembali kepada
PMII dan MAPABA, ketika kita mendengar sebuah kata ospek atau pengkaderan,
tentu yang terlintas pertama kali dipikiran kita adalah suatu sikap keras dan
tegas yang ditujukan untuk melatih mental peserta ospek atau pengkaderan
tersebut, serta sikap semaunya dari para senior kepada para junior. Namun perlu
digarisbawahi kembali bahwa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia tahap
pengkaderannya tidak seperti apa yang digambarkan dan dipikirkan oleh kita.
Mengapa? Karena Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah suatu organisasi
extra kampus yang berasaskan kepada Ahlusunnah Wal Jama’ah, dan tahap pengkaderan
yang kami rasakan kemarin selama 3 hari 2 malam di gedung Pramuka yang
bertempat di Ngoro sangatlah banyak. Dimulai hari pertama yang diisi dengan
materi tentang PMII dan dilanjut dengan
Aswaja serta materi–materi yang lainnya. Intinya bagi siapa saja yang mengaku
dirinya sebagai mahasiswa namun dia tidak mau berproses bersama dengan PMII
sungguh sangat naas sekali nasibnya.
Serta harapan kami
selaku anggota baru di PMII Komisariat Hasyim Asy’ari, kami sangat mengharapkan
bagaimana kedepannya PMII khususnya Komisariat Hasyim Asy’ari dapat menjadi
lebih baik dan tetap berkomitmen dalam mencetak kader–kader serta generasi-generasi
pergerakan yang memang berjwa PMII dan benar – benar bergerak bersama PMII. Tetaplah
ingat Sahabat/i walaupun kita saat ini adalah organisasi minoritas di kampus
yang kita cintai ini namun jangan sampai mematahkan semangat juang kita.
Walaupun kita minoritas tapi kita harus tunjukan kita memiliki kualitas yang
tidak bisa dianggap remeh baik oleh siapapun. Dan kami selaku yang merasa
memiliki anggota keluarga baru di PMII ini, kami sangat mengharapkan bagaimana
kita bisa menjadi lebih kompak lagi dan saling merasa bahwa antara kita satu
dan yang lain adalah sebuah keluarga. Mengapa? Ketika kita sudah saling memiliki
sifat dan sikap yang saling merasa kekeluargaan dan kebersamaan maka bukanlah
sebuah hal yang mustahil kita dapat menjadikan seluruh komponen dan elemen yang
semulanya membenci kita menjadi sebuah keluarga kita juga. Ada sebuah teori
mengatakan “Jika kita ingin melakukan suatu perubahan maka lakukanlah terlebih
dahulu dari lingkup yang paling kecil, dan bertahap”, maka dari itu jika kita
ingin melakukan perubahan yang dahsyat maka kita harus merubah mindset
dan paradigma kita terhadap sesuatu. Dimulai dari ranah terkecil seperti diri
kita sendiri dan selanjutnya bertahap. Maka dengan seiring dengan berjalannya
waktu maka perubahan besarpun akan tercapai.
**
0 komentar: