Sektor
pertanian di Indonesia merupakan sektor strategis dalam struktur pembangunan
ekonomi nasional. Namun sektor ini kurang menjadi perhatian serius dari
pemerintah mulai dari proteksi, kredit,
penyedian bibit, serta kebijakan lain yang tidak satu pun menguntungkan
bagi sektor ini, namun dari jumlah pekerja justru sektor pertanian mampu
menyerap jumlah pekerja yang cukup banyak.
Pembangunan sektor pertanian yang
dulu di era orde baru menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan keberhasilan
program swasembada beras tahun 1984, dimana petani Indonesia secara sukarela
dan gotong royong berhasil mengumpulkan 10.000 ton gabah yang disumbangkan
untuk negara-negara yang mengalami kelaparan khususnya negara-negara di Afrika, justru di era sekarang kebijakan pengelolaan pertanian
yang salah kaprah justru menggiring petani menuju jurang kemiskinan dan
keterpurukan.
Sistem pertanian yang dikembangkan
di Indonesia sendiri masih di kelola secara tradisional, adapun ciri pertanian
tradisional di Indonesia antara lain: 1) produksi pertanian dan konsumsi sama-sama banyaknya dan hanya satu, dua atau beberapa tanaman saja yang dijadikan
sumber pokok bahan makanannya; 2) produksi dan produktifitas rendah karena hanya
menggunakan peralatan yang sangat sederhana; 3) penanaman modal hanya sedikit
sekali; 4) tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor dominan; 5) bersifat
tidak menentu, dengan sistem yang dikembangkan oleh petani kita secara
tradisional ini justru hari ini mendapat tantangan yang cukup berat diantaranya
iklim yang tidak menentu akibatnya muncul permasalahan seperti gagal panen yang
diakibatkan kemarau berkepanjangan dan banjir, disamping itu pula muncul
permasalahan hama tanaman yang sulit ditangani.
Salah satu indikator ketidakseriusan
pemerintah dalam mengelola sektor pertanian adalah menolak pendirian bank
pertanian sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Perlindungan dan
pemberdayaan pertanian, sedangkan tidak mungkin usaha tani akan maju tanpa
didukung modal. Disisi lain bank berpendapat bahwa industri di sektor
pertanian, peternak , dan nelayan sangat tidak profitable, feasible, dan
bankable.
Hal lain yang patut mendapat
apresiasi adalah penggalakan riset di
bidang bibit tanaman, pemerintah melaui
Departemen pertanian melalui Balai Besar Penelitian Padi bekerja sama dengan
beberapa Perguruan Tinggi terus berupaya menciptakan varietas padi unggulan,
varietas yang sudah berhasil dibuat antara lain: Inbrida Padi Sawah (INPARI),
Hibrida Padi (HIPA), Inbrida Padi Gogo (INPAGO), Inbrida Padi Rawa (INPARA), dan masih banyak lagi hasil
varietas padi unggulan indonesia.
Hal lain yang patut menjadi sorotan
adalah ketergantungan petani akan pupuk kimia dimana ketergantungan ini justru
menjadi bumerang bagi petani itu seperti mahalnya harga pupuk itu sendiri dan
juga kelangkaan pupuk yang diakibatkan permainan oknum distributor pupuk yang
nakal.
Disamping itu pula penggunaan
pupuk kimia tentu berdampak pada meluasnya lahan kritis di Indonesia maupun
pencemaran tanah residu pestisida di dalam tanah sedangkan penggunaan pestisida yang tidak berimbang
mengakibatkan semakin kuatnya hama tanaman karena mutasi genetik yang terjadi
dalam tubuh serangga (insecta).
Ditegaskan dalam Rotterdam
Convention On The Prior Informed Consent Procedure For Certain Hazardous
Chemicals And Pesticides In International Trade (Konvensi Rotterdam Tentang Prosedur Persetujuan Atas Dasar
Informasi Awal Untuk Bahan Kimia Dan Pestisida Berbahaya Tertentu Dalam
Perdagangan Internasional) dan disahkan melaui Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2013, konvensi ini bertujuan untuk meningkatkan upaya tanggung
jawab bersama dan kerja sama antar negara dalam perdagangan internasional bahan
kimia dan pestisida berbahaya tertentu untuk melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan hidup serta untuk meningkatkan penggunaan bahan kimia dan pestisida
yang ramah lingkungan melaui pertukaran informasi dan proses pengambilan
keputusan ekspor impor.
Sudah seharusnya petani kita
mengurangi ketergantungan akan penggunaan pupuk maupun pestisida alami,
penggunaan pupuk organik macam pupuk kandang, pupuk kompos maupun pupuk hijau
yang dihasilkan dari polong-polongan (Leguminose sp), perlu digalakkan
karena efek negatif yang terkandung dalam pupuk kimia justru membahayakan bagi
kehidupan manusia jika dilakukan secara terus menerus. Pupuk organik tentu dari
segi biaya jelas lebih murah dan mudah didapat dan tidak mengandung efek
negatif bagi manusia.
Penggunaan pestisida secara terus
menerus tentu berakibat pada kebalnya sistem imunitas dalam tubuh hama wereng
sehingga sulit diberantas lagi dengan zat kimia, disamping itu pula penggunaan
pestisida kimia justru memperburuk ekosistem di alam sehingga beberapa spesies
akan punah.
Sudah seyognyanya pengetahuan tentang pengendalian hayati (biology
control) perlu ditingkatkan. Pengendalian hayati yang dimaksudkan disini
adalah pemanfaatan dan penggunaan agen hayati dari setiap hama tersebut, agen hayati dapat
berupa predator, parasitoid, patogen, dan agen antagonis.
Predator adalah binatang yang
memburu dan memakan atau menghisap cairan tubuh mangsanya, contoh: Lycosa
pseudoannulata(laba-laba), parasitoid adalah serangga yang hidup sebagai
parasit pada atau di dalam serangga lainnya (serangga inang) hanya selama masa
pra dewasa. Imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hiduk dari memakan
nektar, embun madu, air, dan lain lain contoh: Diadegma semiclausum
(parasitoid terhadap ulat daun kubis), patogen adalah mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi dan menimbulkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap
OPT.
Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada
serangga disebut mikroorganisme entomopatogen yang terdiri dari cendawan,
bakteri, dan virus, sedangkan yang dimaksud dengan agen atagonis adalah
mikroorganisme yang mengintervensi/ menghambat pertumbuhan patogen penyebab
penyakit tumbuhan.
Dari segi konversi lahan pertanian
menjadi lahan industri maupun pemanfaatan lahan tidur di luar pulau jawa perlu
dikawal serius sebab hari ini banyak pemukiman penduduk dibangun dengan
mengorbankan lahan yang seharusnya digunakan sebagai lahan pertanian.
Pengelolaan tata ruang kota juga harus mengakomodir kepentingan industri
pertanian mengingat peran strategis industri pertanian sebagai perut negara.
Perubahan mindset perlu dilakukan
dengan mengubah paradigma pertanian tradisional menjadi pertanian modern agar
kelak pertanian di Indonesia bisa makmur dan jaya. Pemanfaatan teknologi
pertanian mutlak diperlukan untuk memperbarui sistem pertanian kita, dengan
begitu dengan lahan yang sempit pun petani kita mampu menghasilkan panen yang
melimpah.
Satu hal yang saya kritisi disini adalah program diversifikasi bahan
pangan yang digalakkan pemerintah perlu kita dorong dan kita apresiasi. Tujuan
dari diversifikasi pangan adalah untuk mengurangi ketergantungan pada satu bahan
pangan pokok seperti padi tentu masih banyak bahan pangan pokok yang kaya gizi
terutama karbohidrat salah satunya adalah porang-porangan (Amorphopallus
onchopillus) yang dari riset kandungan karbohidratnya sangat tinggi jika
dibandingkan padi (Oryza sativa) maupun jagung (Zea mays).
Ada beberapa poin penting yang bisa
dilakukan untuk meajukan pertanian di Indonesia antara lain:
1.
Perubahan
mindset dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern dengan memanfaatkan
teknologi maupun sarana prasarana di bidang pertanian.
2.
Penguatan
poktan maupun gapoktan sebagai sektor strategis guna mengawal kebijakan
pertanian.
3.
Membangun
industri pertanian organik yang ramah lingkungan.
4. Mendorong
pemerintah untuk membangun bank tani dan pemberian insentif kredit usaha perlu digalakkan lagi
oleh pemerintah.
5.
Mendorong
riset ilmiah di bidang penyediaan bibit tanaman yang unggul dan tepat guna
perlu digalakkan
6.
Stop
impor beras karena kebijakn ini dirasa sangat muspro disaat cadangan beras
nasional mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional.
7.
Mendorong
setiap komponen gerakan mahasiswa untuk peka terhadap isu-isu pertanian
mengingat begitu strategisnya sektor pertanian dalam pembangunan nasional.
HIDUP PETANI INDONESIA....!!!
**
Irfan Fathoni (Ketua Bid. Eksternal PK Hasyim Asy'ari 2014-2015)
0 komentar: