![]() |
https://www.google.com/url?sa=i&url=httpFkumparan.com |
Lembaga Literasi Komisariat [Firda Dwi]
Selasa, 12/09
Cinta merupakan rasa yang dimiliki oleh setiap manusia,sejatinya kita terlahir di dunia ini atas dasar percintaan dua insan lawan jenis. Dalam perspektif islam pun tidak ada larangan terhadap cinta itu sendiri,namun fenomena akhir zaman ini banyak penyalahgunaan makna cinta tersebut,sehingga banyak diantara kalangan pemuda mengimplementasi makna cinta menjadi sebuah tindakan yang kurang terpuji yaitu pacaran. Islam mengatur cinta agar terkendali dan terhindar dari yang namanya syahwat,karena syahwat itu sendiri condong terhadap perkara yang buruk. Allah berfirman dalam surah yusuf ayat 53:
وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفۡسِىۡۚ
اِنَّ النَّفۡسَ لَاَمَّارَةٌۢ بِالسُّوۡٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىۡ ؕاِنَّ
رَبِّىۡ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
Cinta:al-hubb atau al-mahabbah yaitu kecondongan hati terhadap
sesuatu,dalam hal ini bisa dikatakan kecondongan hati terhadap seseorang.
Syariat islam memberikan pilihan dalam permasalahan percintaan,pertama dengan
melakukan pernikahan,yang kedua mencintai dalam diam atau memendam rasa
terhadap seseorang yang dicintai. Mati syahid merupakan kematian yang banyak
diidamkan oleh umat Islam.
Pasalnya dalam Al-Quran maupun hadis, Allah menyediakan bagi para
syuhada
Kemuliaan, keutamaan, kedudukan yang tinggi,serta derajat yang
mulia.Sedangkan pengertian syahid yaitu berasal dari bahasa arab syahid ( شهيد) pada wazan fa'iil (فعيل) asalnya dari kata syahida - yashadu -
syahadah, artinya menyaksikan. Makna syahid secara bahasa adalah suatu yang
hadir, pembenaran terhadap apa yang dilihatnya secara langsung.Adapun pembagian
mati syahid itu ada tiga. Syahid akhirat,syahid dunia, dan syahid dunia
akhirat.Dalam At-Taysiir Bi Syarh Al-Jami’ As-Shaghir 833 juga
disebutkan:
من عشق ) من يتصور حل نكاحها لها شرعا لا كامرد ( فعف ثم مات مات
شهيدا ) أي يكون من شهداء الاخرة لان العشق وان كان مبدؤه النظر لكنه غيرموجب له
فهو فعل الله بالعبد بلا سبب ( خط عن عائشةمن عشق فكتم ) عشقه عن الناس ( وعف فمات
فهو شهيد ) والعشق التفاف الحب بالمحب حتى يخالط جميع أجزائه ( خط عن ابن عباس )
واسناده كالذي قبله ضعيف
“Barangsiapa yang jatuh cinta (pada wanita yang semestinya halal untuk ia nikahi secara syara’ tidak jatuh cinta pada semacam amraad (pemuda tampan tanpa kumis) lantas dia menahannya hingga ia mati, maka dia mati syahid” artinya dirinya tergolong syahid di akhirat karena jatuh cinta meskipun berseminya diawali dari pandangan tapi termasuk hal yang tidak dapat ia hindari, jatuh cinta adalah karya Allah pada hambanya tanpa suatu sebab” “Barangsiapa yang jatuh cinta lantas dia menyimpannya (dari terlihat orang-orang) hingga ia mati, maka dia mati syahid”. (At-Taisir Bi Syarh Al-Jami’ As-Shaghir 833)
Hadis tersebut menjelaskan bahwasannya mati dalam membawa
kecintaan terhadap seseorang pun menjadikan orang tersebut mati syahid.
Meskipun hadis tersebut tergolong hadis dhaif namun bisa dijadikan fadhoilul
a'mal
Adapun hadis yang diriwayatkan imam bukhori tentang orang yang
sedang dilanda kecintaan terhadap seseorang itu termasuk mati syahid.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ
لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ، اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ
اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي
اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ
امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ فأَخْفَاها، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ،
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاه. (صحيح البخاري)
“Imam yang adil, pemuda yang hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah, seorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak wanita yang kaya dan cantik untuk berzina, maka laki-laki itu berkata : aku takut kepada Allah, seorang yang bersodaqoh dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya, seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian sehingga matanya meneteskan air mata". (HR. al Bukhari)
Saling mencintai keduanya karena Allah,keduanya seperti hati yang satu,mereka disatukan dan dipisahkan karena allah.
Lantas bagaimana cara mencintai seseorang agar ia termasuk dalam kategori mati syahid?
Dalam hasyiyah syaikh ibrahim al bajuri dijelaskan bahwasannya
orang yang meninggal dengan membawa kecintaan terhadap seseorang termasuk mati
syahid dengan 2 syarat,{yg pertama "العفة"
yakni bisa dikatakan menjaga diri dari perbuatan hina/dosa}dan syarat{yang
kedua "الكتمن" yakni
merahasiakan rasa cintanya kepada siapapun termasuk orang yang ia cintai
tersebut}.
Modelan cinta seperti itulah yang diperbolehkan syariat,karena ada usaha untuk menjaga dirinya dari syahwat yang dilarang oleh agama. Mati syahid karena cinta itu tergolong syahid akhirat dan cara pemakamannya pun sama dengan orang meninggal pada umumnya,yaitu dengan cara dimandikan,dikafani,disholatkan, dan dikuburkan.
Mati syahid karena membawa cinta bukanlah hal yang mudah,karena
harus memerangi hawa nafsu nya,maka dari itu balasan orang yang mati dengan
membawa kecintaan termasuk dalam kategori mati syahid.Namun, jika di tarik
dalam dunia modern ini kita akan merasa kesulitan untuk tetap membawa cinta
yang murni tanpa terkontaminasi hawa nafsu, karena faktor lingkungan yang
kurang mendukung serta akses komunikasi yang mudah, sejatinya puncak kecintaan
itu ketika dua insan yang sama-sama termotivasi untuk lebih dekat kepada Allah
dengan bekal iman.
Rasulullah SAW memberikan kaidah melalui hadis singkatnya :
عن أبي محمدٍ عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما قال: قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم: (لا يؤمن أحدكم حتى يكون هواه تبعًا لما جئت به)
Kita tidak akan bisa menyempurnakan iman jika belum mampu
menundukkan hawa nafsu kepada ajaran Nabi Muhammad SAW. Kita pun tidak bisa
merasakan manisnya iman jika belum mampu mengikutkan hawa nafsu kepada ajaran
Nabi.
Ikhtitam
Kita semua sudah mempunyai teladan yang patut dijadikan acuan
dalam menjalani hidup agar selaras dengan syariat islam,yakni Nabi Muhammad SAW
melalui hadis-hadis nya tentang bagaimana cara kita mengelola cinta agar tidak
terjerumus dalam kemaksiatan.Meskipun cinta kita masih terkontaminasi oleh
nafsu, dengan cara menerapkan anjuran Nabi untuk menikah itu bisa menjadikan
jembatan ridho allah terhadap kita semua.Konsep cinta yang ditawarkan oleh Nabi
Muhammad SAW adalah mendorong kita agar cinta karena Allah (mahabbah
fillah),kunci nya adalah mengabaikan nafsu dan mengedepankan kesabaran hingga
ke jenjang pernikahan.
wallahu a’lam
Oleh : Alvin Rahmad (Ketua Rayon Yusuf Hasyim PMII HA)
0 komentar: