Pasca boyong dari menyelesaikan progam studi S-1 di salah
satu perguruan tinggi swasta, aku merasakan apa yang sering orang bilang “galau”. Yups, perasaan antara
kebingungan, kekhawatiran, ketakutan dan kegelisahan yang semuanya campur aduk.
Harus ngapain dengan keadaan ini. Mau kerja, gak ada lowongan kerja, mau nikah
masih jomblo, mau usaha gak punya modal, mau lanjut S-2 gak ada dana, lengkap
sudah kegalauan ini.
Satu kata, Jalani..!!! Ya, jalani, nikmati dan syukuri saja semua keadaan dan biarkan semuanya mengalir menjadi cerita, menyatu sebagai kisah dalam lembaran hidup masa muda yang tak mungkin kembali terulang. Merintis semuanya dari Nol, mungkin bagi yang berasal dari keluarga berkecukupan hal tersebut tidak jadi soal.
Satu kata, Jalani..!!! Ya, jalani, nikmati dan syukuri saja semua keadaan dan biarkan semuanya mengalir menjadi cerita, menyatu sebagai kisah dalam lembaran hidup masa muda yang tak mungkin kembali terulang. Merintis semuanya dari Nol, mungkin bagi yang berasal dari keluarga berkecukupan hal tersebut tidak jadi soal.
Singkat cerita setelh melewati masa sulit, akhirnya
saya diterima bekerja di salah satu lembaga perbankan BUMN di salah satu kota di Indonesia, aku
merasa enjoy dan merasa bahwa inilah pintu awal anugrah yang tlah Allah buka
untuk ku. Yahhh,,,bersyukur atas segala sesuatu yang telah aku peroleh. Bekerja
di lembaga perbankan yang bonafid merupakan impianku, walaupun masih kategori
kontrak. Lumayan lah, dari sini pundi-pundi rupiah mulai terkumpul pelan namun
pasti. Tapi sekali lagi, ini tentang kebahagiaan dan kerelaan dalam menjalani
hidup apapun perannya.
Setelah berjalan hampir satu tahun, tidak aku sadari
ternyata aku telah menaruh hati pada salah seorang pegawai disitu. Entah
perasaan apa ini namanya. Rasanya mendadak goblok dan salah tingkah setiap kali
aku berpapasan dengannya.
Bunga (jelas bukan nama sebenarnya), nama yang indah sesuai dengan parasnya. Meskipun karakter pembawaannya jutek dan judes, tapi entah kenapa? Justru itu yang membuatku semakin gemes dan tertantang untuk menaklukkan hatinya. Sampai saat tulisan ini aku buat (senin, 17 Nop 2014) aku masih berada dalam masa pendekatan itu. Bagiku Bunga, sosok perempuan unik, fisiknya tinggi semampai berkulit putih bersih, kuat prinsipnya, kebal dari pengaruh eksternal. Dari sekian perempuan yang aku dekati, baru kali ini aqu merasakan energi/power asmara yang luar biasa. Tak biasanya aqu terlihat bodoh, salah tingkah, nervous, dihadapan prempuan kecuali dengan yang satu ini.
Bunga (jelas bukan nama sebenarnya), nama yang indah sesuai dengan parasnya. Meskipun karakter pembawaannya jutek dan judes, tapi entah kenapa? Justru itu yang membuatku semakin gemes dan tertantang untuk menaklukkan hatinya. Sampai saat tulisan ini aku buat (senin, 17 Nop 2014) aku masih berada dalam masa pendekatan itu. Bagiku Bunga, sosok perempuan unik, fisiknya tinggi semampai berkulit putih bersih, kuat prinsipnya, kebal dari pengaruh eksternal. Dari sekian perempuan yang aku dekati, baru kali ini aqu merasakan energi/power asmara yang luar biasa. Tak biasanya aqu terlihat bodoh, salah tingkah, nervous, dihadapan prempuan kecuali dengan yang satu ini.
Disisi lain, aku terlanjur mnjalin hubungn cukup dekat
dengan salah satu ustadzah di salah satu pondok pesantren di kota yang sama, Melati namanya. Dia berperawakan tubuh kecil, wajahnya imut, ramah dan
smart. Arini bukanlah gadis asli Kota Santri, melainkan dara kelahiran kota Industri yang baru saja merampungkan kuliah S1-nya disalah satu perguruan
tinggi swasta di kota Pelajar kemudian mengabdikan diri di pesantren tersebut.
Aku sengaja tidak mengatakan secara lisan utk serius berhubungan dengannya.
Pikirku biarkan waktu yang kan menentukan siapa prempuan yang cocok dan
berjodoh denganku.
Karena dasarnya Melati adalah gadis desa, jelaslah di usianya yang selisih setahun denganku ini, dia merasa gundah dengan hubungan lawan jenis. Harus selektif dengan laki-laki yang benar2 serius dengannya. Hal ini berbeda jauh dengan Bunga, meskipun sama2 berusia sepantaran, karena dia gadis kota, belum nampak kekhawatirannya utk membangun rumah tangga. Jadi aku lebih santai dengan Melati, karena blm ada tuntutan mendesak utk menikah. Targetku merried tidak lebih dari 28 tahun, itulah usia bagi laki-laki yang aqu anggap pas mantab dan matang lahir batin utk membina rumah tangga. Lain lagi jika ternyta Allah berkehendak lain dari yang aku rencankan saat ini.
Karena dasarnya Melati adalah gadis desa, jelaslah di usianya yang selisih setahun denganku ini, dia merasa gundah dengan hubungan lawan jenis. Harus selektif dengan laki-laki yang benar2 serius dengannya. Hal ini berbeda jauh dengan Bunga, meskipun sama2 berusia sepantaran, karena dia gadis kota, belum nampak kekhawatirannya utk membangun rumah tangga. Jadi aku lebih santai dengan Melati, karena blm ada tuntutan mendesak utk menikah. Targetku merried tidak lebih dari 28 tahun, itulah usia bagi laki-laki yang aqu anggap pas mantab dan matang lahir batin utk membina rumah tangga. Lain lagi jika ternyta Allah berkehendak lain dari yang aku rencankan saat ini.
Belum lagi ada gadis lain pilihan Ibuku, Kejora namanya. Usianya lebih muda tiga tahun dri
saya. Berperawakan tinggi semampai, berkulit putih, ramah tapi agak cuek. Dia
tetanggaku, orang tuanya adalah santri di pengajian yang aku asuh. Sejak awal
aku sdh tidak ada feeling dengannya, tapi karena tak ingin mengecewakan ortu.
Biarlah kepura-puraan ini aku jalani sampai tiba saatnya nanti aku jelaskan semuanya pada ortu dan saudaraku. Bukan karena apa-apa, tp karena dia teman seangkatan adikku, dan aku tau persis bagaimna masa kecilnya, sehingga aneh saja rasanya. Rasanya seperti mengencani adikku sendiri alias tidak mngkin hal ini aqu lakukan. Dengannya aku belum pernah sebentarpun untuk jalan bersama untuk sekedar pendekatan, kecuali bertemu dalam acara ipnu-ippnu ranting setempat karena kami berdua didaulat menjadi pembina.
Biarlah kepura-puraan ini aku jalani sampai tiba saatnya nanti aku jelaskan semuanya pada ortu dan saudaraku. Bukan karena apa-apa, tp karena dia teman seangkatan adikku, dan aku tau persis bagaimna masa kecilnya, sehingga aneh saja rasanya. Rasanya seperti mengencani adikku sendiri alias tidak mngkin hal ini aqu lakukan. Dengannya aku belum pernah sebentarpun untuk jalan bersama untuk sekedar pendekatan, kecuali bertemu dalam acara ipnu-ippnu ranting setempat karena kami berdua didaulat menjadi pembina.
Adalagi perempuan lain yang juga sedang dekat
denganku, sebut saja Kenari namanya. Cerita unik mengawali
perkenalan kami berdua. Kala itu, aku hendak transaksi jual beli sepatu dengan
teman dekat. Dalam perbincangan kami, dia menawarkan sebuah PIN BB untuk saya
invite. Kata dia, temennya gadis yang supel, cantik, dan baik hati. Jadi
ceritanya nih, beli sepatu bonus cewek.
Hah ?? iya ini serius hahaha. Akhirnya saya invite PIN BB tersebut, respon baik langsung direceipt invite saya. Terjadi obrolan diantara kami berdua, mulai dari tema ringan tentang kepribadian masing-masing hingga tema berat tentang visi hidup kedepan bahkan diskusi membahas berita media isu-isu populer. Satu minggu obrolan via online, saya mantabkan hati untuk mengajaknya ketemu kopdar di cafe terdekat dia bekerja.
Perlu diketahui, Kenari ini bekerja sebagai penata rias salon kecantikan. Kesan pertama bertemu, wah...benar-benar mengesankan. Secara fisik, dia memiliki postur tinggi semampai, semok agak gendut tapi oke, rambut terurai panjang bergelombang, kulit putih, cantik lengkap dengan alis tebal dan bibir transparannya. Ternyata dia dulunya juga santri pernah ngaji di pesantren dekat rumahnya. Dalam hati sempat bertanya, Hmm...santri kog kaya gini? Usut punya usut, ternyata ini semua dia mengakui akibat salah pergaulan. Tapi dia bilang mau berubah kembali menjadi seperti dulunya santriwati, lengkap dengan identitas formalnya; berhijab dan bergamis. Mantabb...batin saya mengatakan, ini yang saya cari.
Prempuan yang siap dituntun berubah ke jalan yang benar. Bukan berarti saya mengatakan, bahwa Salon itu suatu hal yang negatif ya! Tapi setidaknya identitas santri harus tetap ditegakkan. Kami sempat jalan bareng hingga beberapa bulan. Dari sekian prempuan yang tadi saya kenalkan, Kenari termasuk yang paling dekat hubungannya.
Hah ?? iya ini serius hahaha. Akhirnya saya invite PIN BB tersebut, respon baik langsung direceipt invite saya. Terjadi obrolan diantara kami berdua, mulai dari tema ringan tentang kepribadian masing-masing hingga tema berat tentang visi hidup kedepan bahkan diskusi membahas berita media isu-isu populer. Satu minggu obrolan via online, saya mantabkan hati untuk mengajaknya ketemu kopdar di cafe terdekat dia bekerja.
Perlu diketahui, Kenari ini bekerja sebagai penata rias salon kecantikan. Kesan pertama bertemu, wah...benar-benar mengesankan. Secara fisik, dia memiliki postur tinggi semampai, semok agak gendut tapi oke, rambut terurai panjang bergelombang, kulit putih, cantik lengkap dengan alis tebal dan bibir transparannya. Ternyata dia dulunya juga santri pernah ngaji di pesantren dekat rumahnya. Dalam hati sempat bertanya, Hmm...santri kog kaya gini? Usut punya usut, ternyata ini semua dia mengakui akibat salah pergaulan. Tapi dia bilang mau berubah kembali menjadi seperti dulunya santriwati, lengkap dengan identitas formalnya; berhijab dan bergamis. Mantabb...batin saya mengatakan, ini yang saya cari.
Prempuan yang siap dituntun berubah ke jalan yang benar. Bukan berarti saya mengatakan, bahwa Salon itu suatu hal yang negatif ya! Tapi setidaknya identitas santri harus tetap ditegakkan. Kami sempat jalan bareng hingga beberapa bulan. Dari sekian prempuan yang tadi saya kenalkan, Kenari termasuk yang paling dekat hubungannya.
Total dalam satu tahun, aku telah memenangkan empat
hati gadis cantik dengan berbagai latar belakang. Benar-benar sudah seperti
berpoligami, hari-hari saya tidak kurang-kurang perhatian dan kasih sayang. Semuanya
sudah terjadwal dan terstruktur, sehingga meminimalisir terjadinya bentrok
dengan pasangan yang lain. Namun hubungan ini, tetap aku jaga kerahasiaannya.
Tidak pamer kemesraan diruang publik. Ingat ya,,ini hanya bagian dari ikhtiyar
cinta saya, tak ada niat mempermainkan perasaan satu sama lain. Tapi sayangnya,
sampai sekarang belum menemukan kecondongan kemana hati hendak berlabuh..
Sebab menjalin hubungan dengan perempuan lebih dari
satu, otomotis anggaran refreshing membengkak. Kalo cuman ngandalin gaji
bulanan pasti minus. Potar otak, akhirnya ketemu rumusnya. Kalau mengecilkan
anggaran bulanan sudah maksimal tapi masih tetap minus, berarti saya harus
mencari tambahan penghasilan. Awalnya bingung mencari tambahan pengahasilan
usaha apa yang pas.
Iseng-iseng nongkrong dibengkel punya kawan saya. Ada seorang pelanggan bengkel yang tidak kuat membayar biaya ongkos perbaikan motornya, malah dia menawarkan kepada saya untuk membelinya. Setelah saya cek kondisi fisik motor dan tawar-menawar harga, jdilah sepeda motor itu berpindah ke tangan saya dengan harga 4,5juta. Saya rawat motor itu, saya finishing lagi hingga agak lebih kinclong lagi. Genap 3 bulan motor ditangan saya, sudah ada yang nawar untuk dibayar. Tidak terasa, ternyata saya telah menjalani bisnis ini sampai sekarang. Sesuai dengan passion saya yang suka otomotif, ternyata asyik juga menekuni usaha tersebut.
Iseng-iseng nongkrong dibengkel punya kawan saya. Ada seorang pelanggan bengkel yang tidak kuat membayar biaya ongkos perbaikan motornya, malah dia menawarkan kepada saya untuk membelinya. Setelah saya cek kondisi fisik motor dan tawar-menawar harga, jdilah sepeda motor itu berpindah ke tangan saya dengan harga 4,5juta. Saya rawat motor itu, saya finishing lagi hingga agak lebih kinclong lagi. Genap 3 bulan motor ditangan saya, sudah ada yang nawar untuk dibayar. Tidak terasa, ternyata saya telah menjalani bisnis ini sampai sekarang. Sesuai dengan passion saya yang suka otomotif, ternyata asyik juga menekuni usaha tersebut.
Singkat cerita, dalam kurun waktu tiga tahun sejak
lulus kuliah kepasrahan hidup totalitas pada Yang Kuasa justru memudahkan
langkah kita kedepan. Apapun itu, siapkan planning life sebagai proposal
rejeki, biarkan Allah sendiri yang menentukan disposisi nya. Selanjutnya,
jalani-nikmati-syukuri. Jalani, peluang apapun yang ada didepan sikat aja
dulu gak usah mikir idealisme dulu. Nikmati, kondisi sesulit apapun itulah
kenyataannya. Syukuri, bahwa masih ada saudara kita yang jauh lebih sulit
kondisinya dibandingkan kita sekarang. Insyallah terbukti, kegaulauan yang dulu
pernah saya alami.
Perlahan namun pasti, Allah telah menjawabnya. Butuh lowongan kerja, diberikan pekerjaan idaman, pingin nikah, malah disuruh ikhtiyar dulu diberikan pilihan lebih dari satu, pingin usaha kasih peluang usaha yang sesuai sama passion. Pingin S2 ini yang belum keturutan, sabar mudah-mudahan tahun depan bisa keturutan lanjut studi dengan biaya sendiri, Amiin.
Allahu Akbar, betapa besar karunia Allah kepada hamba-Nya. Memohon apa saja, insya allah terkabul. Asalkan sabar dan tetap ikhtiyar. Bukan kah ketika kita dirundung masalah, Allah Cuma minta kita untuk sabar dan sholat?? Aku mencoba bertanya pada diriqu sendiri, apakah ini tidak terlalu cepat untuk bahagia? Rupa nya tidak ada kata terlalu cepat untuk sebuah kebahagiaan. Sebab kebahagiaan, tidak melulu mempersoalkan kecukupan materi melainkan soal hati untuk mensyukuri arti sebuah kehidupan. Oleh karena itu, dalam hidup jangan lupa untuk bahagia apapun kondisinya!
Perlahan namun pasti, Allah telah menjawabnya. Butuh lowongan kerja, diberikan pekerjaan idaman, pingin nikah, malah disuruh ikhtiyar dulu diberikan pilihan lebih dari satu, pingin usaha kasih peluang usaha yang sesuai sama passion. Pingin S2 ini yang belum keturutan, sabar mudah-mudahan tahun depan bisa keturutan lanjut studi dengan biaya sendiri, Amiin.
Allahu Akbar, betapa besar karunia Allah kepada hamba-Nya. Memohon apa saja, insya allah terkabul. Asalkan sabar dan tetap ikhtiyar. Bukan kah ketika kita dirundung masalah, Allah Cuma minta kita untuk sabar dan sholat?? Aku mencoba bertanya pada diriqu sendiri, apakah ini tidak terlalu cepat untuk bahagia? Rupa nya tidak ada kata terlalu cepat untuk sebuah kebahagiaan. Sebab kebahagiaan, tidak melulu mempersoalkan kecukupan materi melainkan soal hati untuk mensyukuri arti sebuah kehidupan. Oleh karena itu, dalam hidup jangan lupa untuk bahagia apapun kondisinya!
Salam mantabb...
**
Irhamni Sabil (Alumnus 2012)
0 komentar: