Di sebelah utara kebun anggur yang mengapung di udara setinggi depa, kupu-kupu
sedang meminum madu di danau, sedang para lebah memunguti serbuk madu yang
mengkristal di tepiannya agar mereka dapat bawakan pada bunga-bunga yang tak kenal
kuncup sedari penciptaan. Bunga-bunga sangat mencintai madu, secinta mereka kepada para
lebah yang masing-masing bersarang di kelopak kecantikan mereka. Tepat di sebelah barat
taman-taman bunga, segerombol anak harimau sedang berkejar-kejaran dengan anak-anak
rusa. Bagai durian disusul rambutan, dimana ada anak-anak rusa bermain, disitu pulalah anakanak harimau bergurauan bersama mereka. Tak jarang karena sudah karibnya, mereka
menyusu jua pada induk-induk rusa yang sedang merumput di dataran sabana luas nan
kebiruan. Sementara para kera sedang bermain-main di puncak-puncak akar pepohonan kiwi.
Adapun sebagian mereka mengumpulkan buahnya yang tumbuh di dasar-dasar pohon.
Di padang rerumputan itulah, Adam, ayah para manusia, sedang bermain layanglayang. Ia sibuk menunjuk-nunjukkan jemarinya ke langit guna mengendalikan layang-layang
cenderawasih berekor merak di angkasa tanpa cakrawala nan cerah, bak kubah giok
mengangkangi lautan rubi. Apabila jari telunjuknya ke timur, bermanuverlah layangan itu ke
timur, dan jika telunjuknya ke selatan, menukiklah layangan itu ke selatan dengan di sertai
pekikannya yang bagai elang yang kita kenal sekarang. Sungguh zaman di mana tiada satupun
makhluk yang faham alasan, tentang mengapa layang-layang musti berbutuh kepada senar.
Sementara pada narasi yang lain, Tuhan meruangkan dan mewaktukan dirinya sendiri
sehingga dapat dijangkau oleh makhluk-makhluknya. Namun ada yang tak diubah, ialah
rahasia dalam rahasia dzat-Nya. Suatu titik momentum awal dalam memainkan sandiwara
besar... Ia sedang memancing Azazil... Dan siapa itu Azazil?... Ialah dia yang terlebur dari
hasrat dan kemuliaan, kehendak dan kepatuhan, panas dan cahaya. Namun tiada diberikan
padanya rasa untuk merdeka, tiada disertakan wewenang untuk memilih.
Sudah terbesit sebagai mafhum pada Azazil. Kehadiran Tuhan kedalam jangkauannya
memberikan telunjuk jelas bahwa kehendak-Nya harus termulaikan...
Bersambung...
Sahabat A. Haidar ( Pkl )
Sandiwara Besar 1
Tags:
Sastra
Suara Sahabat
Previous Post
Berdansa Dengan Dekadensi
Next Post
AGAMA ITU SAMA
0 komentar: