Kita
yang hidup di zaman digital ini tentunya tidak asing lagi mendengar kata "rating".
Bagi kalangan yang menyukai dunia sinetron Indonesia tentunya tidak asing dengan
serialnya Ketika Cinta Bertasbih yang diambil dari novel karya Habiburrahman
Elshirazy dengan judul yang sama. Sinetron itu ditayangkan di salah satu
televisi terkemuka tanah air. Kemudian, dalam jangka waktu beberapa bulan,
sinetron itu pun menarik perhatian masyarakat sehingga mampu menempati rating
tertinggi dalam tayangan televisi tingkat nasional.
Rating
biasanya digunakan dalam dunia media, baik media cetak maupun elektronik untuk
mengukur atau menilai sejauh mana tingkat perhatian atau repson masyarakat.
Yang dijadikan objek penilaian dalam rating ini adalah suatu acara
telivisi, stasiun televisi itu sendiri, maupun insan lain yang terlibat. Tidak
hanya dalam pertelevisian, istilah rating juga sering digunakan dalam
bidang lainnya.
Rating
berasal dari bahasa inggris. Asal katanya adalah "rate" berupa
verb yang berarti menilai, menghitung, menaksir, atau memberi harga. Kemudian
kata rate itu ditambahkan suffix berupa -ing. Dalam gramatikal
bahasa inggris, ketika suatu verb ditambahkan dengan akhiran -ing, maka
kelas katanya berubah tidak lagi verb melainkan menjadi noun atau
dengan kata lain proses itu disebut Gerund. Setelah menjadi gerund,
maka artinya dibendakan. Rating berarti penilaian, penghitungan,
penaksiran atau pemberian harga. Jadi pada dasarnya istilah rating dapat
digunakan dalam segala hal untuk mengukur atau menilai berbagai aspek dalam
kehidupan kita. Ketika angka rating suatu hal tinggi maka semakin tinggi
pula value yang diberikan karena rating merupakan representatif
dari penilaian pihak lain atau masyarakat terhadap hal itu.
Akhir-akhir
ini, kita juga sering disuguhkan dengan munculnya beberapa pemimpin inspiratif
yang bisa disebut rating-nya sedang naik. Dimulai dari pemberitaan
tentang Walikota Tri Rismaharini yang mampu mendapat berbagai penghargaan,
masuk dalam jajaran Walikota terbaik dunia. Surabaya menyabet banyak
penghargaan dalam berbagai bidang, mulai dari kebersihan, pentaan kota,
menajemen birokrasi, pengentasan kemiskinan, bahkan merubah pusat lokalisasi
menjadi kawasan ekonomi kreatif. Hal itu diraih bukan karena kebetulan belaka,
melainkan dengan langkah kongkret, kerja nyata di lapangan. Beliau mampu
membernahi Kota Surabaya. Kota Surabaya yang dulunya semerawut dan banyak
masalah disulap menjadi Kota dengan predikat kota model, menjadi percontohan
kota-kota lainnya di Indonesia. Selain itu ada juga masih banyak sosok lain
yang rating-nya sedang menanjak, seperti Walikota Bandung Ridwan Kamil,
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranonowo, dan yang sedang hangat-hangatnya Gubernur
DKI Jakarta Ahok.
Beberapa
tokoh yang disebutkan di atas hanyalah sebagian kecil sosok yang rating-nya
bisa dikatakan tinggi. Bisa dilihat bahwa naiknya rating mereka bukan
berdasarkan banyaknya harta yang merka miliki, bukan karena suap terhadap media
untuk menaikan popularitas (meskipun hal itu bisa terjadi), bukan karena mereka
keturunan bangsawan tapi karena mereka memiliki integritas yang tinggi terhadap
masyarakat, berbuat nyata dan bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Tidak
hanya besar mulut banyak ngomong itu ini.
Ketika
seseorang memiliki integritas yang kuat, masyarakat dan orang-orang yang ada di
sekelilingnya pun akan percaya. Kepercayaan itu tidak perlu paksaan, melainkan
datang sendirinya secara otomatis. Bukan untuk mengunggulkan yang satu dengan
yang lainnya tapi disini hanya mengambil sisi positifnya saja. Basuki Tjahya
Purnama yang merupakan seorang Kristen mampu menarik banyak masyarakat Jakarta
yang notabene islam untuk mendorong Ahok maju dalam pilkada DKI 2017. Dukungan
itu mereka berikan tanpa adanya syarat, paksaan apalagi iming-iming money
politic. Jadi, kenapa rating Ahok naik, karena memang integritas
yang dimilikinya pun tinggi.
Rating
dapat diartikan sebagai suatu derajat atau tingkatan yang dicapai. Rating
tidak bisa diidentikan dengan hal yang buruk, karena rating itu
tergantung dari mana sudut pandang orang yang melihatnya. Disini, rating
dapat dibagi menjadi dua sudut pandang.
Pertama
rating dari sudut pandang Tuhan. Maksud rating dalam sudut
pandang ini adalah bagaimana manusia mendapatkan rating di hadapan
Tuhan. Rating manusia dihadapan Tuhannya berbeda-beda tergantung
integritas manusia itu sendiri. Ketika manusia memiliki integritas yang tinggi
kepada Tuhan, maka secara otomatis Tuhan akan memberikan rating yang menanjak
atau derajat yang tinggi. Dari hasil rating yang tinggi itu, Tuhan akan
memberi bonus berupa pahala dan doorprise-doorprise lain diluar dugaan
manusia. Integritas kepada Tuhan berupa keta'atan, melaksanakan apa yang sudah
Tuhan perintahkan kepadanya secara maksimal, menjauhi segala larangannya. Saat
ini, kenapa banyak keinginan manusia yang tidak dikabulkan Tuhan, bisa
disebabkan karena manusianya sendiri belum memiliki integritas yang tinggi
kepada Tuhannya sehingga rating dihadapan-Nya pun rendah.
Kedua
adalah rating dalam pandangan manusia. hal itu sudah jelas di awal,
integritas baik akan mengakibatkan rating naik dan ketika rating-nya
naik kepercayaan pun akan datang dengan sendirinya. Banyak orang yang memiliki skill
sangat mempuni tapi tidak bisa sukses karena skill-nya tidak dibarengi
dengan integritas. Seorang atasan di suatu perusahaan pasti akan lebih percaya
kepada bawahannya yang berintegritas dan begitu juga sebaliknya. Guru di
sekolah pasti akan memberikan rating (nilai) tinggi kepada siswa yang
rajin, tidak suka mencontek dan penuh tanggung jawab.
Marilah
mulai dari sekarang, kita tingkatkan integritas baik kepada Tuhan maupun
manusia. Laksanakan tugas dengan tuntas dan semaksimal mungkin, bisa dimulai
dari hal terkecil di lingkungan kita. Ketika memiliki integritas yang tinggi,
kesuksesan pun tidak akan susah dicapai. Bagi yang ingin bergelut dalam bidang
politik, jabatan akan datang sendirinya kalau seorang itu sudah punya
integritas, tidak perlu kampanye menghabiskan banyak uang. Yang bergelut dalam
organisasi, berintegritaslah karena dengan integritas kepercayaan anggota akan
meningkat, kepengurusan akan semakin solid. Berintegritas tidak perlu menunggu
hal yang besar. Rating pun tidak perlu mengharap dari manusia yang serba
terbatas karena ada Allah yang Maha Tahu yang akan senantiasa memberikan rating
kepada hamba-Nya yang berintegritas.
Ari
Hilman (Rayon FIP, Semester IV)
0 komentar: