04 April 2016

Integritas Baik, Rating Naik

Kita yang hidup di zaman digital ini tentunya tidak asing lagi mendengar kata "rating". Bagi kalangan yang menyukai dunia sinetron Indonesia tentunya tidak asing dengan serialnya Ketika Cinta Bertasbih yang diambil dari novel karya Habiburrahman Elshirazy dengan judul yang sama. Sinetron itu ditayangkan di salah satu televisi terkemuka tanah air. Kemudian, dalam jangka waktu beberapa bulan, sinetron itu pun menarik perhatian masyarakat sehingga mampu menempati rating tertinggi dalam tayangan televisi tingkat nasional.

Rating biasanya digunakan dalam dunia media, baik media cetak maupun elektronik untuk mengukur atau menilai sejauh mana tingkat perhatian atau repson masyarakat. Yang dijadikan objek penilaian dalam rating ini adalah suatu acara telivisi, stasiun televisi itu sendiri, maupun insan lain yang terlibat. Tidak hanya dalam pertelevisian, istilah rating juga sering digunakan dalam bidang lainnya.

Rating berasal dari bahasa inggris. Asal katanya adalah "rate" berupa verb yang berarti menilai, menghitung, menaksir, atau memberi harga. Kemudian kata rate itu ditambahkan suffix berupa -ing. Dalam gramatikal bahasa inggris, ketika suatu verb ditambahkan dengan akhiran -ing, maka kelas katanya berubah tidak lagi verb melainkan menjadi noun atau dengan kata lain proses itu disebut Gerund. Setelah menjadi gerund, maka artinya dibendakan. Rating berarti penilaian, penghitungan, penaksiran atau pemberian harga. Jadi pada dasarnya istilah rating dapat digunakan dalam segala hal untuk mengukur atau menilai berbagai aspek dalam kehidupan kita. Ketika angka rating suatu hal tinggi maka semakin tinggi pula value yang diberikan karena rating merupakan representatif dari penilaian pihak lain atau masyarakat terhadap hal itu.

Akhir-akhir ini, kita juga sering disuguhkan dengan munculnya beberapa pemimpin inspiratif yang bisa disebut rating-nya sedang naik. Dimulai dari pemberitaan tentang Walikota Tri Rismaharini yang mampu mendapat berbagai penghargaan, masuk dalam jajaran Walikota terbaik dunia. Surabaya menyabet banyak penghargaan dalam berbagai bidang, mulai dari kebersihan, pentaan kota, menajemen birokrasi, pengentasan kemiskinan, bahkan merubah pusat lokalisasi menjadi kawasan ekonomi kreatif. Hal itu diraih bukan karena kebetulan belaka, melainkan dengan langkah kongkret, kerja nyata di lapangan. Beliau mampu membernahi Kota Surabaya. Kota Surabaya yang dulunya semerawut dan banyak masalah disulap menjadi Kota dengan predikat kota model, menjadi percontohan kota-kota lainnya di Indonesia. Selain itu ada juga masih banyak sosok lain yang rating-nya sedang menanjak, seperti Walikota Bandung Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranonowo, dan yang sedang hangat-hangatnya Gubernur DKI Jakarta Ahok.

Beberapa tokoh yang disebutkan di atas hanyalah sebagian kecil sosok yang rating-nya bisa dikatakan tinggi. Bisa dilihat bahwa naiknya rating mereka bukan berdasarkan banyaknya harta yang merka miliki, bukan karena suap terhadap media untuk menaikan popularitas (meskipun hal itu bisa terjadi), bukan karena mereka keturunan bangsawan tapi karena mereka memiliki integritas yang tinggi terhadap masyarakat, berbuat nyata dan bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Tidak hanya besar mulut banyak ngomong itu ini.
Ketika seseorang memiliki integritas yang kuat, masyarakat dan orang-orang yang ada di sekelilingnya pun akan percaya. Kepercayaan itu tidak perlu paksaan, melainkan datang sendirinya secara otomatis. Bukan untuk mengunggulkan yang satu dengan yang lainnya tapi disini hanya mengambil sisi positifnya saja. Basuki Tjahya Purnama yang merupakan seorang Kristen mampu menarik banyak masyarakat Jakarta yang notabene islam untuk mendorong Ahok maju dalam pilkada DKI 2017. Dukungan itu mereka berikan tanpa adanya syarat, paksaan apalagi iming-iming money politic. Jadi, kenapa rating Ahok naik, karena memang integritas yang dimilikinya pun tinggi.

Rating dapat diartikan sebagai suatu derajat atau tingkatan yang dicapai. Rating tidak bisa diidentikan dengan hal yang buruk,  karena rating itu tergantung dari mana sudut pandang orang yang melihatnya. Disini, rating dapat dibagi menjadi dua sudut pandang.

Pertama rating dari sudut pandang Tuhan. Maksud rating dalam sudut pandang ini adalah bagaimana manusia mendapatkan rating di hadapan Tuhan. Rating manusia dihadapan Tuhannya berbeda-beda tergantung integritas manusia itu sendiri. Ketika manusia memiliki integritas yang tinggi kepada Tuhan, maka secara otomatis Tuhan akan memberikan rating yang menanjak atau derajat yang tinggi. Dari hasil rating yang tinggi itu, Tuhan akan memberi bonus berupa pahala dan doorprise-doorprise lain diluar dugaan manusia. Integritas kepada Tuhan berupa keta'atan, melaksanakan apa yang sudah Tuhan perintahkan kepadanya secara maksimal, menjauhi segala larangannya. Saat ini, kenapa banyak keinginan manusia yang tidak dikabulkan Tuhan, bisa disebabkan karena manusianya sendiri belum memiliki integritas yang tinggi kepada Tuhannya sehingga rating dihadapan-Nya pun rendah.

Kedua adalah rating dalam pandangan manusia. hal itu sudah jelas di awal, integritas baik akan mengakibatkan rating naik dan ketika rating-nya naik kepercayaan pun akan datang dengan sendirinya. Banyak orang yang memiliki skill sangat mempuni tapi tidak bisa sukses karena skill-nya tidak dibarengi dengan integritas. Seorang atasan di suatu perusahaan pasti akan lebih percaya kepada bawahannya yang berintegritas dan begitu juga sebaliknya. Guru di sekolah pasti akan memberikan rating (nilai) tinggi kepada siswa yang rajin, tidak suka mencontek dan penuh tanggung jawab. 

Marilah mulai dari sekarang, kita tingkatkan integritas baik kepada Tuhan maupun manusia. Laksanakan tugas dengan tuntas dan semaksimal mungkin, bisa dimulai dari hal terkecil di lingkungan kita. Ketika memiliki integritas yang tinggi, kesuksesan pun tidak akan susah dicapai. Bagi yang ingin bergelut dalam bidang politik, jabatan akan datang sendirinya kalau seorang itu sudah punya integritas, tidak perlu kampanye menghabiskan banyak uang. Yang bergelut dalam organisasi, berintegritaslah karena dengan integritas kepercayaan anggota akan meningkat, kepengurusan akan semakin solid. Berintegritas tidak perlu menunggu hal yang besar. Rating pun tidak perlu mengharap dari manusia yang serba terbatas karena ada Allah yang Maha Tahu yang akan senantiasa memberikan rating kepada hamba-Nya yang berintegritas.

Ari Hilman (Rayon FIP, Semester IV)

Related Posts

0 komentar: