Sepertinya masih terlalu pagi untuk memesan pin nona, Anda tahu? Seperti yang mereka katakan, jangan terburu-buru. Ah, atau justru saya yang terlalu terburu-buru mengatakannya kepada Anda. Mungkin Anda akan berpikir saya orang yang sok kenal. Tapi percayalah, itu tidak benar atau lebih tepatnya, saya adalah orang yang suka menyapa orang, walaupun saya belum mengenal mereka. Dan apakah Anda datang sendiri? Hmm, lagi pula apa yang musti dikhawatirkan di negara yang kata orang banyak teraman di dunia ini.
Baiklah, saya tidak akan meneruskan ketidak
sopanan saya ini. Lagi pula kita belum berkenalan, saya Mustava, ditulis dengan
“V”. Sebagian orang di dunia diberi nama yang sama, baik dengan “F” maupun
“PH”. Namun, Anda tau, penggunaan huruf V di nama saya artinya pertanda kuat
bahwa saya bukan orang Turki. Lebih tepatnya tidak sesekuler mereka. Dan
bolehkah saya mendengar nama Anda? Ah, nama yang cantik. Dan saya benar-benar
mengatakannya, tolong jangan anggap ini sesuatu yang gombal, saya bukan kader
partai manapun, sehingga saya tidak cukup punya ketangkasan dalam melakukannya.
Yah, walaupun pada saat-saat tertentu saya kadang melakukannya, namun
percayalah, tidak seampuh yang dilakukan tuan-tuan di atas podium itu.
Saya lihat pakaian Anda sangat rapi, bukan tipe
yang biasa dikenakan seorang wanita yang gemar mampir di pub. Apakah Anda
seorang akademisi? Bukan? Seorang seniman, benarkah? Oh, biar saya tebak. Anda
seorang seniman yang taat. Dan kalung Anda adalah rosario yang indah. Oh ya,
Anda benar, orang yang taat tidak memesan pin. Dan pin Anda sudah datang.
Tidak, saya tidak minum pin, juga bir atau wisky. Saya tidak meminum itu semua.
Bukan karena saya orang yang taat, tapi karena saya memang punya kepentingan
dengan tidak meminum itu semua.
Jika Anda penah bertemu dengan orang yang mengaku setia terhadap pasangannya, maka percayalah, orang itu hanya ingin berselingkuh dengan Anda. Karena dengan memproklamirkan kesetiaannya maka orang semacam itu akan masuk dalam pertimbangan Anda, bukan pertimbangan memillih pasangan hidup, namun pasangan ranjang. Anda tertawa? Padahal saya merasa ini terlalu fulgar. Dan kenyataannya memang seperti itu. Semua orang ingin dianggap sebagai “orang baik-baik”. Apa? Anda tidak akan memikirkan pertimbangan semacam itu? Anda yakin? Oh, sesuai yang saya kira ketika melihat rosario itu.
Jadi, di mana Anda menjalani pendidikan biara, di Pforta? Hmm, tempat yang berkelas untuk seorang calon pastor atau biarawan. Tapi sebelumnya maaf jika saya terlalu banyak bertanya, dan memangnya apa yang membuat Anda memutuskan untuk berhenti? bukan panggilan Anda? ya, seperti alasan kebanyakan orang yang memilih keluar dari suatu bidang. Dan mungkin kita tidak terlalu berbeda, bahwa sayapun pernah melewati pendidikan asrama, tentu saja dengan “gaya yang lebih sederhana”. Konservatif? Tidak, saya tidak akan mengatakan seeksplisit itu.
Orang yang mempelajari Plato atau Socrates tentu belum bisa dikatakan konservatif. Lagi pula, dulu kami tidak mempelajari pemikir yang hidup lebih dari dua milenium yang lalu, paling lama adalah pemikiran berusia sekitar satu milenium, dan paling baru adalah pemikiran yang lahir di abad pertengahan. Ya, Anda benar. Abad pertengahan memang tidak bisa dikatakan baru lagi. Tapi disitulah letak pengagungan kami yang luhur terhadap tradisi. Jika Anda seorang orientalis, Bukan? Tentu saja. Hanya mengandaikan, tentunya Anda akan menemukan paradoks dalam kecintaan akan tradisi itu. Menghasilkan suatu pertanyaan yang bersifat amatir, dari sekian pertanyaan amatir itu adalah: Untuk apa seseorang melestarikan tradisi dari orang-orang yang anti kemapanan? Memenjarakan ide-ide konstruktif dalam kamar pengantin konservatif. Satu pertanyaan lainnya—yang juga tak kalah amatirnya— adalah keragu-raguan tentang mengapa ada tiga pemikir yang saling berhubungan justru berbeda satu sama lain.
Katakanlah mengapa Peter berbeda dengan gurunya George, dan George berbeda dengan gurunya Thomas. Dan jika Anda cukup liberal, dan saya yakin itu, perbedaan itu tidak akan terjadi kalau ketiganya adalah orang-orang yang—seperti Anda sebutkan—konservatif. Dan saya cukup bisa tenang setelah memahami bahwa para pemikir itu telah dipakaikan jubah keabadian. Mereka masih ada setelah berabad-abad dan akan tetap ada berabad-abad selanjutnya, bersemayam dalam perpustakaan orang-orang yang “menjaga tradisi”. Ketenangan itu membuat saya cukup kuat untuk angkat kaki dari “biara” saya, dan tempat itu bukanlah untuk orang-orang amatir.
Apa? Takut akan kemunduran? Tidak, sama sekali tidak, seperti yang telah dijanjikan bahwa kita semua akan berdansa dalam “taman dekadensi”. Ayolah, jangan terus tertawa seperti itu nona. Tawa Anda membuat saya canggung. Anda pernah mendengar Nietzsche? Iya, si orang gila itu. Dia yang pertama-tama mengabari saya bahwa “waktu berdansa telah dan akan segera tiba”. Tolong jangan menganggap saya sebagai pengagumnya, dalam hal ini saya adalah karnivora yang ditraktir oleh seorang rekan dalam restoran vegetarian, terlalu banyak yang akan saya pilah-pilih. Dan yang saya telan tidak sebanyak yang saya sisakan. Namun, sebagaimana yang orang ketahui belakangan, bahwa pemikir yang satu ini lebih dari sekedar “orang gila”. Anda suka bermain golf? Sungguh, seberapa jauh bola yang bisa Anda pukul? Wah, lumayan juga, Anda punya lengan yang cukup kuat. Dan tahukah Anda, setinggi apapun bola yang Anda pukul, maka bola itu tetap rindu untuk mencium rumput. Meluncur ke bawah, seperti itulah kita akan dibawa ke “pesta dansa”. Jika Anda bertanya dansa macam apa, maka akan cukup sulit di jawab.
Oh ya, boleh saya tahu Anda berkecimpung di kesenian apa? Pemain biola disalah satu grup orkestra? Wah, tentunya Anda tahu—kalau memang hal ini benar dan disepakati banyak orang—bahwa musik menggerakkan jiwa, dan jiwa menggerakkan tubuh untuk berdansa, dan kita semua akan berdansa dengan kepatuhan penuh terhadap musik. Dari manakah musik itu berasal? Tentu saja dari kotak musik dengan semesta sebagai piringannya. Seolah nada-nadanya berganti, gerakan dansa kita pun secara atraktif mengikutinya. Tapi sebagaimana piringan yang lain, nadanya hanyalah pergantian yang diulang-ulang, sementara gerakan dansa kita tetap patuh terhadap pengulangannya.
Musik ini sangatlah digilai dan, jika Anda pernah mengalami pertengkaran dengan saudari Anda karena salah satu dari Anda tak mau musik yang sedang dinikmati diganti, begitulah yang akan terjadi jika ada orang yang ingin mengganti musik yang mana dalam sejarah peradaban manusia kepastian digantungkan padanya. Dan sekarang pin Anda tinggal setengah, sepertinya Anda bukan orang yang pertama kali memesan pin, mungkin karena saya baru pertama kali melihat Anda datang ke pub ini. Mengalihkan pembicaraan? Tidak, sungguh bukan maksud saya. Lagi pula saya tidak pernah berpikir obrolan ini akan menarik jika itu memang bukan selera Anda. Apakah saya akan berdansa? Ya, tentu. Lagi pula siapa yang tak akan berdansa. Jiwa mana yang tak menikmati musik. Hanya perbedaannya adalah saya telah bersiap dengan pesta dansa itu, dan pada saat saya diundang oleh takdir pun, saya telah mengatakan “ya”. Saya akan menyalakan kotak musik, Apa yang Anda suka dengarkan? Edith Piaff? Kita punya selera yang sama. Apakah setelah Anda mengabiskan tegukan terakhir Anda akan pergi untuk suatu kesibukan? Tidak? Oh, astaga saya lupa, ini hari minggu. Waktu di mana seseorang bisa pergi ke pub di pagi hari. Dan tidak usah repot-repot nona, bill Anda biar saya yang simpan. Iya sama-sama. Apakah saya sibuk? Tentu, dan di sinilah saya larut dalam kesibukan saya. Pekerjaan? Anda bisa menyebut bahwa sayalah yang bertanggung jawab atas semua kesibukan di pub ini. Iya, sayalah pemilik pub ini. Nah, musik kita sudah dimainkan nona. Bagaimana, mau ikut berdansa?
***
Ahmad Haidar, (Pengurus Komisariat 2017-2018)
0 komentar: