Iya, betul. Salah
satu moment yang sangat digemari mahasiswa selain liburan, piknik, dan menguras
habis kekayaan orangtua adalah wisuda. Walaupun kata banyak media, wisuda
mencetak calon pengangguran, bodoh amat. Yang penting satu fase sudah terlampaui
dan memulai fase berikutnya. Memang begitulah alur hidup sekarang.
Untungnya, Ma’had
Aly Hasyim Asy’ari memberikan fadholnya. Kalau tidak, pasti sudah D.O dari
dulu. Bagaimana tidak, delapan sampai sembilan tahun kuliah (enam belas
semester) masih dianggap mahasiswa. Tentunya, kebijakan seperti itu berbeda
dengan yang sekarang. Adek kelas saya harus mengulangi satu tahun karena tiga
mata kuliah dianggap gagal, absen tidak memenuhi standar dan dilarang ikut
ujian.
Sempat tidak
percaya juga kalau wisuda itu seneng. Nggur ngantri naik panggung,
salam-salaman dengan rektor dan beberapa dosen,kemudian photo-photo. Ditambah
lagi harus iuran, ntah bagaimana nalarnya. Bukankah sudah bisa dijadikan modal
usaha kecil-kecilan di tangan pengusaha?
Pernah celotehan
itu saya lontarkan ke Ibu dan direspon pendek olehnya, “aku mbandani kuliah
kuwi ya pingin ngrasakne seneng ndilok hasil marine, hadir ning wisudamu koyok
tonggo liane.”Perasaan saya tidakpuas menerima alasan itu, wisuda terpaksa
harus ditunda lagi. (Hehehe)
Di akhir tahun
2014, jawabannya muncul di Cape Town Afrika Selatan.“Hidup itu, kalau ndak
bisa bermanfaat bagi orang lain, ya jangan menyusahkan orang lain. Kalau ndak
bisa menyenangkan orang lain, ya jangan menyedihkan orang lain, terutama
Orangtuamu.”Statement simpel ini kemudian mengingatkan pada keinginan Ibu
untuk melihat anaknya wisuda. Maka saya awali wisuda diploma di Madina Institute,
saya kirimkan photonya ke Ibu.
Wow, alangkah
kagetnya, seketika itu langsung ditelpon dan mengucapkan selamat dibubuhi
cerita banyak hal kondisi rumah. Kata para tetangga saat sudah kembali ke rumah,
Ibu banyak cerita tentang wisuda anaknya dulu.
Pulang ke tanah
kelahiran, saya kuatkan tekad untuk wisuda Mahad Aly yang sudah tertunda
bertahun-tahun. Lobi minta belas kasihan para masyayikh Ma’had Aly.
Alhamdulilah terkabulkan. Walaupun sebenarnya was-was juga. Jangan-jangan
beliau mengabulkan lobi itu, karena sudah muak dengan wajah saya yang
menjengkelkan, lantas dikabulkan agar tidak nongol lagi? Semoga tidak. Hehehe
Wisuda 30 Mei
2016 besok alasannya simpel. Ingin menyenangkan hati Ibu, semoga termasuk dalam
golongan orang-orang yang Birrul Walidain (berbakti kepada orangtua).
Bukan seperti celotehan teman saya, bahwa wisuda itu untuk menambah gelar,
mendapatkan kemapanan kerja dan gaji layak, belum tentu juga, bodoh amat.
Usahamenyenangkan
hati orang orangtua semoga termasuk dalam rincian Birrul Walidain. Semoga
para masyayikh yang membantu usaha ini juga mendapatkan pahalanya. Amin!
Horeee... Saya
akan menyenangkan hati orangtua, saya wisuda!
**
Yayan Mustofa (Alumnus 2011-2012)
0 komentar: