15 Desember 2015

1 Menit 19 Detik

Tahukah kita pada belasan abad yang lalu ada kafilah dagang yang sangat besar yang berpindah-pindah tempat. Dalam kafilah ini ada seorang yang tak pandai berdagang namun sangat berpengaruh pada kesuksesan dagang kafilah tersebut karena pemuda tersebut memiliki sifat amanah yang tinggi.

Pada suatu ketika kafilaah merencanakan perjalanan dagang kesebuah kota, dalam perjalanan kafilah ini mendapati sebuah desa yang tak berpenghuni karena masyarakatnya telah meninggal semua disebabkan oleh penyakit kudis yang menjadi wabah di desa tersebut terkecuali seorang kakek tua yang dari perawakannya berumur sekitar 110 tahun yang juga terkena wabah kudis ini, seluruh tubuhnya telah tertutup oleh kudis tanpa terkecuali. Pemimpin kafilah berkata setelah melihat keadaan kakek tua itu ”kita tinggalkan saja kakek ini ia sudah tak memiliki harapan untuk diselamatkan lagi, dari keadaanya saja sudah pasti demikian!”.

Semua anggota kafilah setuju dan melanjutkan perjalanan, kecuali satu orang, ialah pemuda yang tak pandai berdagang itu. Ia meminta izin pada pemimpin kafilah untuk menemani kakek tua itu sebentar saja.

Pemimpin kafilah memberi izin tapi disertai dengan perkataan, “tak apa kau temani kakek itu tapi kita akan meninggalkanmu karena jika kita terlambat hitungan menit saja kita akan merugi ribuan dinar kau tahu itukan”

Pemuda menyahut ”baik tak apa saya akan menyusul sebentar lagi”

“baiklah kami duluan, segeralah menyusul!”.

Dalam kesunyian setelah ditinggalkan oleh kafilahnya pemuda itu menyuapi dan memberi minum kakek itu, hal itu hanya menguranggi 1 menit 19 detik dari waktu pemuda sebelum menyusul kafilahnya setelah mengguburkannya karenaa tepat setelah ia menelan suapan pertama dan tegukkan pertama dan mengucap terimakasih ia menyelesaikan tugasnya sebagai penunda.

Pemuda itu segera menyusul kafilahnya, namun tepat di dasar bukit pasir ia mendapati seluruh kafilahnya telah terkapar tanpa nyawa dan seluruh harta yang dibawa raib entah kemana, menurut asumsi dasar mereka telah dirampok oleh suku badui dan tak ada yang selamat kecuali pemuda itu.

Tahukah kalian bahwa pemuda tersebut selamat karena terlambat menyusul dikarenakan ia menemani kakek tua yang dalam pandangan manusia sudah tidak produktif lagi dalam bahasa kasar sudah tidak ada gunanya lagi kakek itu hidup atau bahasa ustadz sekarang adalah laa yamutu wa laa yahya TAHUKAH KALIAN.

20 keturunan kebawah dari pemuda ini adalah seorang nabi Allah yaitu Muhammad SAW Bagaimana jika pemuda itu tidak menemani kakek itu dan tidak terlambat 1 menit 19 detik? mungkin ia tidak akan selamat dan otomatis nabi Muhammad tidak akan ada dan Islam tidak akan ada disebarkan dan kita tidak akan menjadi seorang islam sekarang ini, bagaiman jika kakek tersebut tidak menderita penyakit kudis? Bagaimana jika pemuda tadi tidak perduli dengan kakek itu? dan masih banyak bagaimana yang lain.

Percayakah kalian dengan cerita ini ? Jangan........... cerita ini hanya gambaran bahwa hal yang dalam pandangan manusia tidak memiliki arti, ternyata memiliki akibat yang besar seperti kudis yang menyerang kakek tua itu dan kakek tua itu tentunya dan 1 menit 19 detik juga.

Dalam cerita fiksi ini ada gambaran dimana hukum kausalitas sangat jelas terlihat perannya, bukan hal besar yang mengubah hal kecil atau besar akan tetapi hal kecil yang sampai-sampai bagi manusia adalah hal yang tidak penting ternyata dapat menimbulkan akibat yang sangat besar, dimana kita ketahui bahwa islam adalah komunitas spiritual terbesar di dunia.

Maka setelah mengetahui bahwa hal yang kecilpun dapat menimbulkan akibat yang besar yang bahkan mampu mengubah dunia dapatkah kita membuang waktu, kesempatan dan apa saja yang kita miliki sekarang.

Teori dasar mungkin jika kita belajar sekarang kita akan jadi orang berhasil kedepannya tapi mungkin ada hal kecil yang kita anggap remeh dan terlihat tidak penting malah akan mengacaukan hasil jerih payah belajar kita selama ini bahkan di dunia saat ini banyak sekali orang dengan nilai akademik yang tinggi ternyata malah menjadi pengangguran dan sebaliknya ada orang yang nilai akademiknya buruk malah menjadi orang yang berhasil. 

Entah karena ia aktif di organisasi yang kebanyakan orang memandang bahwa organisasi hanya menghabiskan waktu saja, ada yang karena menolong orang, ada yang karena selama belajar selalu menurut kepada gurunya. Semua itu dapat kita sebut dalam bahasa sederhana sebagai sebuah kebetulan atau sebagai barokah dan bahasa yang lainnya.

**
M Laukhil Mahfut (Semester I, Prodi Hukum Keluarga Syariah)

Related Posts

0 komentar: