Tahukah
kita pada belasan abad yang lalu ada kafilah dagang yang sangat besar yang
berpindah-pindah tempat. Dalam kafilah ini ada seorang yang tak pandai
berdagang namun sangat berpengaruh pada kesuksesan dagang kafilah tersebut
karena pemuda tersebut memiliki sifat amanah yang tinggi.
Pada suatu ketika
kafilaah merencanakan perjalanan dagang kesebuah kota, dalam perjalanan kafilah
ini mendapati sebuah desa yang tak berpenghuni karena masyarakatnya telah
meninggal semua disebabkan oleh penyakit kudis yang menjadi wabah di desa
tersebut terkecuali seorang kakek tua yang dari perawakannya berumur sekitar
110 tahun yang juga terkena wabah kudis ini, seluruh tubuhnya telah tertutup
oleh kudis tanpa terkecuali. Pemimpin kafilah berkata setelah melihat keadaan
kakek tua itu ”kita tinggalkan saja kakek ini ia sudah tak memiliki harapan
untuk diselamatkan lagi, dari keadaanya saja sudah pasti demikian!”.
Semua
anggota kafilah setuju dan melanjutkan perjalanan, kecuali satu orang, ialah
pemuda yang tak pandai berdagang itu. Ia meminta izin pada pemimpin kafilah
untuk menemani kakek tua itu sebentar saja.
Pemimpin kafilah memberi izin tapi
disertai dengan perkataan, “tak apa kau temani kakek itu tapi kita akan
meninggalkanmu karena jika kita terlambat hitungan menit saja kita akan merugi
ribuan dinar kau tahu itukan”
Pemuda menyahut ”baik tak apa saya akan menyusul
sebentar lagi”
“baiklah kami duluan, segeralah menyusul!”.
Dalam kesunyian
setelah ditinggalkan oleh kafilahnya pemuda itu menyuapi dan memberi minum
kakek itu, hal itu hanya menguranggi 1 menit 19 detik dari waktu pemuda sebelum
menyusul kafilahnya setelah mengguburkannya karenaa tepat setelah ia menelan
suapan pertama dan tegukkan pertama dan mengucap terimakasih ia menyelesaikan
tugasnya sebagai penunda.
Pemuda itu segera menyusul kafilahnya, namun tepat di
dasar bukit pasir ia mendapati seluruh kafilahnya telah terkapar tanpa nyawa
dan seluruh harta yang dibawa raib entah kemana, menurut asumsi dasar mereka
telah dirampok oleh suku badui dan tak ada yang selamat kecuali pemuda itu.
Tahukah kalian bahwa pemuda tersebut selamat karena terlambat menyusul
dikarenakan ia menemani kakek tua yang dalam pandangan manusia sudah tidak
produktif lagi dalam bahasa kasar sudah tidak ada gunanya lagi kakek itu hidup atau bahasa ustadz sekarang adalah laa yamutu wa laa yahya TAHUKAH KALIAN.
20 keturunan kebawah dari pemuda ini adalah seorang nabi Allah yaitu Muhammad
SAW Bagaimana jika pemuda itu tidak menemani kakek itu dan tidak terlambat 1
menit 19 detik? mungkin ia tidak akan selamat dan otomatis nabi Muhammad tidak
akan ada dan Islam tidak akan ada disebarkan dan kita tidak akan menjadi
seorang islam sekarang ini, bagaiman jika kakek tersebut tidak menderita
penyakit kudis? Bagaimana jika pemuda tadi tidak perduli dengan kakek itu? dan
masih banyak bagaimana yang lain.
Percayakah kalian dengan cerita ini ?
Jangan........... cerita ini hanya gambaran bahwa hal yang dalam pandangan
manusia tidak memiliki arti, ternyata memiliki akibat yang besar seperti kudis
yang menyerang kakek tua itu dan kakek tua itu tentunya dan 1 menit 19 detik
juga.
Dalam cerita fiksi ini ada gambaran dimana hukum kausalitas sangat jelas
terlihat perannya, bukan hal besar yang mengubah hal kecil atau besar akan
tetapi hal kecil yang sampai-sampai bagi manusia adalah hal yang tidak penting
ternyata dapat menimbulkan akibat yang sangat besar, dimana kita ketahui bahwa
islam adalah komunitas spiritual terbesar di dunia.
Maka setelah mengetahui
bahwa hal yang kecilpun dapat menimbulkan akibat yang besar yang bahkan mampu
mengubah dunia dapatkah kita membuang waktu, kesempatan dan apa saja yang kita
miliki sekarang.
Teori dasar mungkin jika kita belajar sekarang kita akan jadi
orang berhasil kedepannya tapi mungkin ada hal kecil yang kita anggap remeh dan
terlihat tidak penting malah akan mengacaukan hasil jerih payah belajar kita
selama ini bahkan di dunia saat ini banyak sekali orang dengan nilai akademik
yang tinggi ternyata malah menjadi pengangguran dan sebaliknya ada orang yang
nilai akademiknya buruk malah menjadi orang yang berhasil.
Entah karena ia
aktif di organisasi yang kebanyakan orang memandang bahwa organisasi hanya
menghabiskan waktu saja, ada yang karena menolong orang, ada yang karena selama
belajar selalu menurut kepada gurunya. Semua itu dapat kita sebut dalam bahasa
sederhana sebagai sebuah kebetulan atau sebagai barokah dan bahasa yang lainnya.
**
M
Laukhil Mahfut (Semester I, Prodi Hukum Keluarga Syariah)
0 komentar: