27 Oktober 2015

Pemikiran Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara


Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikap individualis. Mereka “gandrung teknologi”, asyik dan terpesona dengan penemuan-penemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek yang serba canggih, sehingga cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri pesertadidik.

Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
Sebagai tokoh yang hidup dalam masa penjajahan kolonial, Ki Hajar Dewantara tentu turut merasakan pendidikan kolonial Belanda yang menjatuhkan martabat bumiputra. Karenanya, bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan haruslah memerdekakan kehidupan manusia. Pendidikan mesti disandarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna bagi masyarakat
Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan dari pendidikan adalah penguasaan diri, sebab disinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi). Penguasaan diri merupakan langkah yang dituju untuk tercapainya pendidikan yang memanusiawikan manusia. Ketika peserta didik mampu menguasai dirinya, maka mereka akan mampu untuk menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Beliau juga menunjukkan bahwa tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah membantu peserta didik menjadi manusia yang merdeka. Menjadi manusia yang merdeka berarti tidak hidup terperintah, berdiri tegak dengan kekuatan sendiri, dan cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Dengan kata lain, pendidikan menjadikan seseorang mudah diatur, tetapi tidak dapat disetir.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara lahir ketika kondisi pendidikan Indonesia dalam keadaan di bawah bayang-bayang kolonialisme yang berdampak pula terhadap kolonisasi terhadap pendidikan. Kolonisasi pendidikan tersebut membentuk pola pikir masyarakat untuk  menjadi manusia yang mempunyai keahlian tetapi tidak memiliki kemerdekaan. Pendidikan tersebut hanya dirasakan oleh kalangan priyayi, sedangkan masyarakat bumiputera tidak dapat mengecap manisnya pendidikan tersebut.
Menurutnya keaadaan tersebut tidak akan lenyap jika hanya dilawan dengan pergerakan politik saja. Tetapi juga harus dipentingkan penyebaran benih hidup merdeka dikalangan rakyat dengan jalan pengajaran yang disertai dengan pendidikan nasional. Adapun yang dimaksud dengan pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan baru yang berdasarkan atas kebudayaan bangsa Indonesia sendiri dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Untuk tujuan tersebut, Ki Hajar Dewantara menawarkan sistem mengajar yang dinamakan sistem among metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Yang dimaksud dengan manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”.
Pendidikan sistem Among bersendikan pada dua hal yaitu: kodrat alamsebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak hingga dapat hidup mandiri. Sistem Among sering dikaitkan dengan asas yang berbunyi: Tut Wuri Handayani, Ing madya mangun karsa, Ing ngarso sung tuladha. Asas ini telah banyak dikenal oleh masyarakat daripada Sistem Among sendiri, karena banyak dari anggota masyarakat yang belum memahaminya. Sistem Among berasal dari bahasa Jawa yaitu mong ataumomong, yang artinya mengasuh anak. Para guru atau dosen disebutpamong yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang
Dalam sikap Momong, Among, dan Ngemong, terkandung nilai yang sangat mendasar, yaitu pendidikan tidak memaksa namun bukan berarti membiarkan anak berkembang bebas tanp arah. Metode Amongmempunyai pengertian menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang.
yang menyokong kodrat alam anak-anak didik, bukan dengan perintah dan larangan, tetapi dengan tuntunan dan bimbingan, sehingga perkembangan batin anak tersebut dapat berkembangan dengan baik sesuai dengan kodratnya..
Untuk merealisasikan pemikirannya, maka Ki Hajar Dewantara memiliki gagasan pendidikan untuk mendirikan perguruan taman siswa. Dalam kongres taman siswa pada tahun 1947 beliau mempertegas pemikirannya dengan mengemukakan lima asas yang dikenal dengan panca darma. Kelima asas tersebut adalah Asas Kemerdekaan,  Asas Kodrat Alam, Asas Kebudayaan, Asas Kebangsaan, dan Asas Kemanusiaan.

1.   Asas Kemerdekaan  Artinya disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
2.      Asas Kodrat Alam
Pada hakekatnya manusia sebagai mahluk adalah satu dengan kodrat alam ini. Manusia tidak dapat lepas dari kehendaknya, tetapi akan bahagia jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan. Karenanya hendaklah setiap anak dapat berkembangan dengan sewajarnya.
3.      Asas Kebudayaan
Membawa kebudayaan kebangsaan ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia dan kepentingan hidup rakyat lahir dan batin.
4.      Asas Kebangsaan
Tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, malahan menjadi bentuk dan perbuatan kemanusiaan yang nyata dan oleh karena itu tidak mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain, melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka, dalam satu kehendak menuju kepada kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa.
5.      Asas Kemanusiaan
Menyatakan bahwa darma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan, yang harus terlihat pada kesucian hatinya dan adanya rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap mahluk Tuhan seluruhnya
Pendidikan yang teratur adalah yang bersandar pada perkembangan ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan. Ilmu ini tidak boleh berdiri sendiri; ada saling hubugan dengan pengetahuan lain. Ilmu harus berfungsi sebagai pelengkap sempurnanya mutu pendidikan dan pembangunan karakter kebangsaan yang kuat.
Dalam menyelenggarakan pengajaran dan didikan kepada rakyat, Ki Hajar menganjurkan agar kita tetap memperhatikan ilmu jiwa (psyhologie), ilmu jasmani, ilmu keadaban dan kesopanan (etika dan moral), ilmu estetika, dan menerapkan cara-cara pendidikan yang membangun karakter.
Seorang pendidik yang baik, kata Ki Hajar Dewantara, harus tahu bagaimana cara mengajar, memahami karakter peserta didik dan mengerti tujuan pengajaran. Agar dapat mewujudkan hasil didikan yang mempunyai pengetahuan yang mumpuni secara intelektuil maupun budi pekerti serta semangat membangun bangsa.

 **********
Oleh : Habiburrahman (Pengurus Komisariat)
*Buah diskusi Rabu, 26 Oktober 2015 

Related Posts

0 komentar: