Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia
makin bersikap individualis. Mereka “gandrung teknologi”, asyik dan terpesona
dengan penemuan-penemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek yang serba
canggih, sehingga cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai
pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena
itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi
keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan
kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya
juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan
pada diri pesertadidik.
Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
Sebagai tokoh yang hidup dalam masa penjajahan kolonial, Ki
Hajar Dewantara tentu turut merasakan pendidikan kolonial Belanda yang
menjatuhkan martabat bumiputra. Karenanya, bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan
haruslah memerdekakan kehidupan manusia. Pendidikan mesti disandarkan pada
penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna bagi masyarakat
Menurut Ki Hajar Dewantara,
tujuan dari pendidikan adalah penguasaan diri, sebab disinilah pendidikan
memanusiakan manusia (humanisasi). Penguasaan diri merupakan langkah yang
dituju untuk tercapainya pendidikan yang memanusiawikan manusia. Ketika peserta
didik mampu menguasai dirinya, maka mereka akan mampu untuk menentukan
sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Beliau
juga menunjukkan bahwa tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah membantu
peserta didik menjadi manusia yang merdeka. Menjadi manusia yang merdeka
berarti tidak hidup terperintah, berdiri tegak dengan kekuatan sendiri, dan
cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Dengan kata lain, pendidikan menjadikan
seseorang mudah diatur, tetapi tidak dapat disetir.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
lahir ketika kondisi pendidikan Indonesia dalam keadaan di bawah bayang-bayang
kolonialisme yang berdampak pula terhadap kolonisasi terhadap pendidikan.
Kolonisasi pendidikan tersebut membentuk pola pikir masyarakat untuk menjadi
manusia yang mempunyai keahlian tetapi tidak memiliki kemerdekaan. Pendidikan
tersebut hanya dirasakan oleh kalangan priyayi, sedangkan masyarakat bumiputera
tidak dapat mengecap manisnya pendidikan tersebut.
Menurutnya keaadaan tersebut
tidak akan lenyap jika hanya dilawan dengan pergerakan politik saja. Tetapi
juga harus dipentingkan penyebaran benih hidup merdeka dikalangan rakyat dengan
jalan pengajaran yang disertai dengan pendidikan nasional. Adapun yang dimaksud
dengan pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan baru yang berdasarkan
atas kebudayaan bangsa Indonesia sendiri dan mengutamakan kepentingan
masyarakat. Untuk tujuan tersebut, Ki Hajar Dewantara menawarkan sistem
mengajar yang dinamakan sistem among metode pengajaran dan
pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care
and dedication based on love). Yang dimaksud dengan manusia merdeka
adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala
aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan
setiap orang. Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini sangat tepat
yaitu “educate
the head, the heart, and the hand”.
Pendidikan sistem Among
bersendikan pada dua hal yaitu: kodrat
alamsebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan
dengan secepat-cepatnya dan kemerdekaan sebagai syarat untuk
menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak hingga dapat hidup
mandiri. Sistem Among sering dikaitkan dengan asas yang berbunyi: Tut
Wuri Handayani,
Ing madya mangun karsa, Ing ngarso sung tuladha. Asas ini telah
banyak dikenal oleh masyarakat daripada Sistem Among sendiri, karena banyak
dari anggota masyarakat yang belum memahaminya. Sistem Among berasal dari
bahasa Jawa yaitu mong ataumomong, yang artinya mengasuh
anak. Para guru atau dosen disebutpamong yang bertugas untuk
mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang
Dalam sikap Momong,
Among, dan Ngemong, terkandung
nilai yang sangat mendasar, yaitu pendidikan tidak memaksa namun bukan berarti
membiarkan anak berkembang bebas tanp arah. Metode Amongmempunyai
pengertian menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang.
yang menyokong kodrat alam
anak-anak didik, bukan dengan perintah dan larangan, tetapi dengan tuntunan dan
bimbingan, sehingga perkembangan batin anak tersebut dapat berkembangan dengan
baik sesuai dengan kodratnya..
Untuk merealisasikan
pemikirannya, maka Ki Hajar Dewantara memiliki gagasan pendidikan untuk
mendirikan perguruan taman siswa. Dalam kongres taman siswa pada tahun 1947
beliau mempertegas pemikirannya dengan mengemukakan lima asas yang dikenal
dengan panca darma. Kelima asas tersebut adalah Asas Kemerdekaan,
Asas Kodrat Alam, Asas Kebudayaan, Asas Kebangsaan, dan Asas
Kemanusiaan.
1. Asas
Kemerdekaan Artinya disiplin pada diri
sendiri oleh diri sendiri atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
2. Asas
Kodrat Alam
Pada hakekatnya manusia sebagai
mahluk adalah satu dengan kodrat alam ini. Manusia tidak dapat lepas dari
kehendaknya, tetapi akan bahagia jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam
yang mengandung kemajuan. Karenanya hendaklah setiap anak dapat berkembangan
dengan sewajarnya.
3. Asas
Kebudayaan
Membawa kebudayaan kebangsaan
ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia dan
kepentingan hidup rakyat lahir dan batin.
4. Asas
Kebangsaan
Tidak boleh bertentangan dengan
kemanusiaan, malahan menjadi bentuk dan perbuatan kemanusiaan yang nyata dan
oleh karena itu tidak mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain, melainkan
mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka,
dalam satu kehendak menuju kepada kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh
bangsa.
5. Asas
Kemanusiaan
Menyatakan bahwa darma
tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan, yang harus terlihat pada
kesucian hatinya dan adanya rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan
terhadap mahluk Tuhan seluruhnya
Pendidikan yang teratur adalah
yang bersandar pada perkembangan ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan. Ilmu
ini tidak boleh berdiri sendiri; ada saling hubugan dengan pengetahuan lain.
Ilmu harus berfungsi sebagai pelengkap sempurnanya mutu pendidikan dan
pembangunan karakter kebangsaan yang kuat.
Dalam menyelenggarakan pengajaran
dan didikan kepada rakyat, Ki Hajar menganjurkan agar kita tetap memperhatikan
ilmu jiwa (psyhologie), ilmu jasmani, ilmu keadaban dan kesopanan (etika dan
moral), ilmu estetika, dan menerapkan cara-cara pendidikan yang membangun
karakter.
Seorang pendidik yang baik, kata
Ki Hajar Dewantara, harus tahu bagaimana cara mengajar, memahami karakter
peserta didik dan mengerti tujuan pengajaran. Agar dapat mewujudkan hasil
didikan yang mempunyai pengetahuan yang mumpuni secara intelektuil maupun budi
pekerti serta semangat membangun bangsa.
**********
Oleh : Habiburrahman (Pengurus Komisariat)
*Buah diskusi Rabu, 26 Oktober 2015
0 komentar: