05 Desember 2015

Aktivis Melek Literasi

“Dosa besar apabila seorang mahasiswa tidak pernah diskusi dan menulis”. Kalimat diatas merupakan labrakan keras yang ditujukan untuk para mahasiswa. Dunia mahasiswa yang tak pernah lepas dengan presentasi, penelitian, dan bertukar pikiran sesuai bidangnya masing-masing. Dari semua itu dibutuhkan pendekatan dengan dunia literasi, dunia membaca dan menulis. Kurang lengkap apabila membaca tidak dilanjutkan dengan menulis. Selain untuk menunjang kuliah, dunia literasi menjadi salah satu pilihan yang tepat untukmeningkatkan intelektual seseorang, memperkuat daya ingat dengan menuangkan pemikiran-pemikiran dari buku yang telah dibaca.

Labrakan yang ditujukan khusus untuk kader Komisariat Hasyim Asy’ari ini sangat terasa. Kamis, 3 Desember 2015 telah dibuka serta diselenggarakan Sekolah Menulis sebagai program kerja pengurus Komisariat Hasyim Asy’ari tahun 2015/2016. Pemateri didatangkan langsung dari Media Group Tebuireng yaitu sahabat Ahmad Fauzan (Fao). Dengan moderator sahabat Misrum, acara berlangsung dengan lancar walaupun terjadi kemoloran waktu. Acara ini dihadiri kurang lebih 15 orang dari berbagai delegasi rayon dan tentunya pengurus komisariat sendiri.

“program sekolah menulis ini memang perlu diadakan untuk membangkitakan semangat kader-kader PMII dalam hal literasi, jadi perlu adanya tambahan budaya yang dimana tradisi kita yakni diskusi akan kita tuangkan dalam sebuah tulisan, dengan harapan kader PMII dapat melek menulis dan menghasilkan karya yang bersejarah”, ujar sahabati Zahara selesai mengikuti sekolah menulis.

Materi yang telah disiapkan oleh pemateri menjadi pembahasan menarik, yakni ‘Lebih dekat dengan Dunia Literasi’ dan‘Mahasiswa dan Menulis’. Pemateri mengawali dengan memberikan ayat suci Al-Quran yang membahas tentang dunia Literasi. Dalam Q.S. Al-Alaq 1-5 merupakan pedoman yang menguatkan pentingnya membaca dan menulis. Kalam Allah yang diturunkan kepada Baginda Rasulullah SAW menjadi acuan kepada kita untuk melaksanakan pekerjaan yang satu ini yakni menulis.

Mengulas sedikit tentang materi yang dibahas, terdapat sahabat nabi yang pada zamannya berkecampung dengan dunia tulis-menulis. Seperti Zayd bin Tsabit sebagai juru tulis Rasulullah dalam penulisan Kalamullah. Sahabat lain adalah Ali bin Abi Thalib, beliau mengatakan ikatlah ilmu dengan menulis. Selain itu, Imam besar yakni Imam Syafi’i mengumpamakan ilmu itu bagaikan hasil pemburuan yang ada daidalam keranjang, menulis adalah ikatannya. Jadi, apakah arti kader PMII tanpa menulis? Menulis disini bukan sekedar menulis makalah atau proposal, tatapi menuangkan pemikiran dari berbagai paradigma yang dipelajari serta budaya membaca sebelum menulis. Ini akan menghasilkan tulisan yang berbobot, tulisan ilmiah yang patut dijadikan referensi.

Selain itu diskusi hangat yang dibahas yaitu tentang sistematika pembuatan essay, dimana berbeda tujuan pembuatan berbeda pula sistematika penulisan. Dari sisni mahasiswa diharapkan dapat menghasilkan tulisan-tulisan tak hanya artikel, tetapi karya ilmiah yang berawal dari kata yang akan menghasilkan karya. Teruslah berkarya!

**

Fani Inganati (Semester III Prodi Pend. IPA, Pegurus Rayon FIP)

Related Posts

0 komentar: