Oleh: AWae (Ade Taufiq Solihin)
Aku…
Ahad, 10 September 2017, awal kali aku
menginjakan kaki di tanah ini. Sebelumnya tidak pernah terbayangkan dan
terencana akan mengenyam pendidikan di salah satu tempat yang memang sudah
tidak asing lagi bagi khalayak umum terkait dengan ilmu keagamaannya.Yahh
Tebuireng
tepatnya, lahir ulama besar dan pendiri Nahdhatul Ulama, Hadratusyaikh M.
Hasyim Asy’ari.
Saat awal masuk di Universitas Hasyim
Asy’ari, aku masih ingat tepatnya hari Selasa, 12 September 2017, sebagaimana
mestinya dan sudah sewajarnya mahasiswa baru (maba) mendapat sebuah bimbingan
dan percontohan yang baik dari senioritas atau lebih familiar di kampus kami yaitu
dengan sebutan KATING (kakak tingkat).
Mengenai KATING, ada sedikit
keherananku dengan mereka, yang dimana perlakuan baik yang sebelumnya aku
bayangkan tapi berubah menjadi sebuah bunyi genderang kebencian. Ntahlah, aku
juga hanya mahasiswa baru yang tidak mengetahui sebab musababnya kenapa,
mengapa dan bagaimana.
Aku…
Aku adalah mahasiswa baru Fakultas
Teknologi Informasi, dan masih begitu polosnya diriku, wajar juga di hari itu,
Kamis, 14 September 2017 pukul 07.00 kami mahasiswa baru bergegas untuk
berangkat ke kampus dengan memakai atribut yang kami rasa sangat memalukan
namun membuat para KATING merasa senang.
Dimulai dengan agenda upacara,
pengabsenan, dan penyangsian bagi mereka termasuk aku yang telat hari itu. Kami
digiring untuk masuk kedalam ruangan yang sudah disediakan oleh panitia,
katanya sih disana kita akan diberikan pemaparan terkait dengan elemen organisasi
intra yang harus diikuti oleh mahasiswa baru, dimulai dari HMP, BEM, DPW, DPM,
dan berbagai jenis UKM yang ada di kampusku.
Dalam pemaparan yang begitu banyak
disampaikan oleh mereka, ada satu kata yang mereka selipkan sebagai larangan
dan peringatan terhadap beberapa organisasi ekstra kampus,ntahlahaku
hanya mahasiswa baru yang tidak tau apa sebabnya mereka berkata dan menyampaikan
seperti itu.
“Masa iya
kita mau memajukan organisasi ekstra kampus sedangkan tempat kita adalah
didalam kampus, jadi yang harus kita majukan, kita kembangkan adalah organisasi
yang ada didalam kampus ini terlebih dahulu”, ucap salah satu KATING dengan lantang.
Diakhir
acara itu, aku acungkan tangan dan bertanya pertama, se eksekutif apakah
BEM ini? kedua, seberguna apakah BEM ini bagi fakultas? sedangkan dalam
namanya saja sudah ada pemisahan, dan pembeda antara mahasiswa BEM dan mahasiswa
yang lainnya. Ketiga, kami selaku mahasiswa ingin mengetahui bagaimana gerakan
dan gebrakan dari BEM TI untuk membawa Fakultas menjadi lebih baik. Sontak
ramai tepuk tangan orang-orang yang ada di ruangan setelah aku utarakan
pertanyaanku pada mereka.
Namun
ada hal yang sangat aku sayangkan, saat mereka memberikan jawaban dari
pertanyaanku tersebut mereka masih dengan santainya melakukan diskusi dan
musyawarah didepan dan memberikan sebuah jawaban yang aku rasa kurang memuaskan
apalagi terkait dengan pertanyaan yang terakhir. Jika dilihat dari jawaban dan
kegiatan yang mereka berikan kepada kami, aku rasa kontribusi BEM terhadap fakultas
dan kampus sangatlah sedikit dan tidak maksimal.
“Jika
hanya kegiatan dan agenda seperti itu lantas mengapa mereka mewanti- wanti atau
memberi peringatan agar mahasiswa baru tidak mengikuti organisasi diluar kampus?”
pikirku dalam hati.
“Padahal
menurutku hasil yang didapatkan dari organisasi ekstra bisa dituangkan dan diimplementasikan
didalam kampus”. imbuhku saat diriku terpangku di kursi lipat itu.
0 komentar: