Pengangguran merupakan momok bagi sejumlah
sarjana yang baru lulus dari kampusnya, ngeri, sangat menghawatirkan (yang
khawatir). Saking khawatirnya Sampai-sampai cak Iwan fals merilis lagu yang
judulnya “Sarjana Muda” untuk para pengangguran yang berisi aspirasi, “engkau
sarjana muda resah mencari kerja mengandalkan ijasahmu, empat tahun lamanya
bergelut dengan buku tuk jaminan masa depan”. Ah menciptakan lagu tak
seserius itu cak.
Sebenarnya yang katanya pengangguran menurut
mereka sudah bukan hal yang baru, ini sudah menjadi problem yang berkepanjangan
di negara kita, setiap tahun pengangguran versi mereka mengalami fluktuasi, dan
saat ini meningkat menjad 320 ribu jiwa, Katanya.
Wah jangan-jangan sahabat saya nanti menambah angka pengangguran itu, atau
mungkin sebagian sahabat saya sudah termasuk bagian dari angka tersebut. Semoga saja iya.
Pengangguran itu relatif berroh, hanya soal
persepsi saja kok. Boleh lah kita menghargai argumen mereka yang merumuskan
kesuksesan itu tolak ukurnya dengan pekerjaan yang santai dan enak, Mereka baru
menganggap bekerja jika duduk dalam kursi kantor, menjadi direktur utama
perbankan, menjadi karyawan swasta atau PNS dengan gaji tetap perbulannya yang
keluar dari bendahara kantor. Mindset inilah yang menjadikannya berstatus
pengangguran.
Saat ini orang-orang khususnya pengangguran,
lebih mengedepankan ego, gengsi yang mau terjun
ke sektor riil seperti halnya pertanian. Ini sudah sangat minim, mungkin ini
sebagai akibat dari pola pikir yang salah dari dulu.
Para petani menyekolahkan anaknya dari TK,
SMP, SMA, S1, S2, S3, sampai ies-tri
hehe, supaya anaknya bisa bekerja di kantoran
dengan alasan agar hidupnya tidak lagi susah seperti dirinya. Dalam proposisi
Ilmiah tipikal orang seperti ini masuk kategori “Mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya dengan pengurbanan sekeil-kecilnya”.
Jika semua petani mencetak pola pikir anaknya
dengan cara demikian maka pantas saja saat ini banyak pemuda yang hanya mau
kerja di kantoran, sedangkan lahan-lahan pertanian menjadi terbengkalai.
Jadilah negara kita kekurangan pangan dan menjadi salah satu negara pengimpor
hasil pertanian, termasuk kedelai yang sekarang ini menjadi barang langka,
padahal dulu Indonesia dikenal sebagai pengekspor kedelai. Katanya sih begitu. Ini menjadi ironi bagi negara agraris.
Jadi, tugas kalian (Bukan saya) dan juga
tugas pemerintah harus berupaya untuk mengubah pola pikir sebagian masyarakat
yang salah tentang hakikat pekerjaan itu sendiri, bahwa pekerjaan tidak hanya
yang asyik-asyik saja, cukup tuhan saja yang Maha Asyik.
**
Ali Maksum (Pengurus Komisariat Bidang Internal 2015-2016)
0 komentar: